All Chapters of Gairah Berkuasa : Mempelai Wanita Tuan Tremont yang Berharga: Chapter 221 - Chapter 230
1901 chapters
Bab 222 Lebih Baik Mati Juga Bersama Ayahku
Suara Tiffany sedikit tercekik. Untuk bisa menahan air matanya, dia menuangkan wine untuknya sendiri dan meneguknya adalam satu kali tegukan. Untungnya, dia tidak asing dengan wine dan sudah terbiasa meminumnya waktu dulu. Dengan begitu tidak terlalu sulit baginya untuk bekerja di klub malam seperti ini.Jackson juga merasa kalau dia mulai emosional malam ini. Dia menarik nafas panjang dan melembutkan suaranya. “Kau bisa memperlakukanku sebagai orang asing dan beritahu aku apapun yang ingin kau katakan.”Tiffany meminum minuman Jackson dan bergumam, “Baiklah, aku akan mengatakannya jika kau mau mendengarnya. Memang benar kalau keluargaku tidak perlu lagi membayar hutang sekarang, tapi aku masih saja miskin. Setelah mantan pacarku putus denganku, dia mengembalikan semua uang yang aku habiskan saat kita berpacaran. Kurang lebih 300.000 dolar. Itu adalah jumlah yang banyak bagiku. Aku berharap untuk bisa menabung cukup uang dan membeli rumah di lokasi yang bagus, tapi ibuku menghabiskan
Read more
223 Kecemburuan
Tiffany terus saja merasa kalau ada yang tidak beres. Kenapa pria ini menolongnya? Dia berdiri dan tiba-tiba merasa seolah bumi sedang berputar. Dia pasti terlalu banyak minum tadi. Jackson menangkapnya tepat waktu. Tiffany merasakan telapak tangannya yang lembut dan tanpa sadar bersandar di dadanya. Jackson merasa sesuatu yang lembut menempel di dadanya sebelum aroma harum memasuki hidungnya.Jackson mengambil jasnya dan meletakkan ya ditubuh Tuffany. Barulah dia sekarang tahu apa yang ada didalam tas besar yang Tiffany bawa setiap hari; itu adalah dress yang dia pakai sekarang. Desainnya sangat mencolok dan terbuka.Mereka keluar, dan angin yang dingin berhembus, Tiffany terhuyung ke pinggir jalan dan muntah. Jackson memberikan tisu padanya. “Apa kau baik-baik saja? Aku melihatmu minum setengah botol besar vodka. Kau pasti mual sekarang…”Walaupun Tiffany sedang pusing, dia tidak tuli. “Kenapa kau tidak memberitahuku tadi? Aku belum pernah meminum vodka seperti itu sebelumnya!”
Read more
Bab 224 Ini Belum Genap Dua Bulan
Eric merasa tertantang saat dia menyadari kalau Mark mencoba mengejarnya. Mereka berdua mulai balapan satu sama lain hingga mereka berpisah di perempatan. Walau begitu, Mark tidak memperlambat laju mobilnya, jantung Arianne berdetak sangat cepat dan dia berpegangan pada sabuk pengamannya. “Apa yang kau lakukan? Aku takut....! Jalannya cukup gelap dan licin, bisakah kau memperlambat mobilnya?”Mark menginjak rem tepat saat mobilnya tiba di perumahan mewah. Tidak ada banyak mobil di jalananan ini pada jam segini dan tidak ada polisi yang akan menilang mereka. Arianne menepuk-nepuk dadanya sendiri untuk menenangkan dirinya. “Kenapa kau menjemputku? Aku bisa pulang sendiri…”“Pulang sendiri? Apa maksudmu pulang dengan diantar Eric?” ada kecemburuan dalam suaranya.“Aku biasanya naik taksi sendiri. Eric hanya mengantar aku kalau aku lembur saja. Apa yang salah dengan itu? Kau bisa langsung saja mengatakan padaku jika aku membuatmu kesal. Jangan menggunakan cara ekstrim seperti itu untuk
Read more
Bab 225 Bangun Di Villa White Water Bay
Nina melihat Arianne buru-buru menuruni tangga dengan wajah memerah dan Nina menggodanya. “Tampaknya Mark bergairah sekali… ini belum lama sejak kau keluar dari rumah sakit…”Arianne merasa malu setengah mati. “Apa yang kau bicarakan…? Bukan begitu... Aku lelah. Aku akan mandi dan tidur.”Mary memelototi Nina. “Jangan ikut campur urusan orang lain nona muda! Tidakkah kau malu? Urus saja urusanmu sendiri!”Nina tidak setuju dengan Mary. “Kita semua orang dewasa disini, apa yang kau khawatirkan? Melihat mereka tadi, aku kira mereka akan melakukan sesuatu. Tampaknya aku salah. Mereka berdua biasanya tampak “menahan keinginan” mereka. Apakah tidak penasaran juga dengan bagaimana hubungan mereka akan berkembang?”“Kau sendiri tahu kalau nyonya sedang dalam keadaan yang tidak fit. Tuan sangat pengertian terhadapnya. Kau saja yang menebak-nebak sembarangan. Aku rasa kau terlalu bosan.” ucap Mary.Arianne mendengarkan percakapan mereka di kamar mandi. Dia semakin merasa malu untuk melihat
Read more
Bab 226 Perusak Rumah Tangga
“Kau bilang tidak ada yang terjadi di antara kita, tetapi mengapa kau tidur di ranjang yang sama denganku? Gunakanlah otakmu bahkan saat kau berbohong. Aku orang dewasa dan dapat bertanggung jawab atas tindakanku sendiri, tetapi aku tidak tahan melihat orang-orang seperti dirimu yang tidak bertanggung jawab atas tindakanmu! " Tiffany sangat kesal. Tidak peduli bagaimana dia melihat semua ini, tidak seperti tidak terjadi apa-apa.“Maaf? Kau yang tidak ingin pulang ke rumah atau memberikanku alamat rumahmu. Aku tidak punya pilihan selain membawamu kesini karena aku tidak bisa mengantarkanmu pulang. Aku tidak mempersiapkan kasur di kamar yang lain. Hanya ini satu-satunya ruangan dimana kita bisa tidur di rumah ini dan aku tidak akan tidur di sofa. Lagipula, aku sangat kelelahan dari mengurusmu semalaman. Dimana lagi aku akan tidur kalau bukan di ranjang?” Jackson menjulurkan kepalanya dari kamar mandi sembari menggosok gigi saat dia mengeluh pada Tiffany atas sikapnya yang berlebihan.T
Read more
Bab 227 Bagaimana Kali Pertamamu?
Hampir waktu makan siang ketika Jackson menghubungi departemen desain. Atasannya berseru keras, “Tiffany Lane, pak West mencarimu! Cepat ke ruangannya!”Kepala Tiffany serasa mau pecah mendengar nama Jackson. “Baik!”Di pertengahan jalan, dia terus berpikir tentang apa yang Jackson akan lakukan padanya di dalam ruangan. Mungkinkan dia ingin melanjutkan apa yang yang terhenti semalam? Jika tidak, mengapa dia tiba-tiba mencarinya?Dia berjalan pelan ke ruangannya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu. Dia telah mengambil keputusan. Jika Jackson akan meminta bantuannya, dia tidak akan pernah mengiyakan. Ini bukanlah yang bisa dilakukan manusia berhati nurani...“Ayo masuk,” suara Jackson terdengar dari dalam.Tiffany menenangkan dirinya dan mendorong pintunya terbuka. Dia menjaga jarak antara mereka dan berdiri di depan pintu. “Ada apa?” Jackson mengambil sebuah dokumen tanpa mengangkat kepalanya. “Kirimkan ini pada Glide. Karena Arianne ada disana juga, kalian bisa makan
Read more
Bab 228 Perkelahian di Kantor
Tiffany merasa sedikit tidak percaya. “Benarkah? Lantas mengapa aku tidak merasakan apapun?”Arianne tercengang cukup lama sebelum akhirnya kembali sadar. “Maksudmu… kau…? Bukankah kau berpacaran dengan Ethan untuk waktu yang lama dan bahkan sesekali tinggal bersamanya? Mengapa kau bertanya hal seperti ini padaku? Bukankah kau sudah lebih tahu dibandingkan aku?”Mata Tiffany sedikit meredup saat nama Ethan disebutkan. “Ethan dan aku… tidak pernah sampai tahap itu. Dia ingin menunggu hingga kita menikah, tetapi siapa sangka… Hehe… Dia tidak pernah terpikir untuk menikahiku dari awal. Jika aku pikirkan sekarang, dia laki-laki yang baik. Setidaknya dia tidak sepenuhnya merusak diriku ketika dia memanfaatkanku.”Dari pernyataannya, Arianne memahami sesuatu. “Karena kau tidak pernah melakukannya bersama Ethan, lantas mengapa kau tiba-tiba bertanya hal ini padaku? Tiffie, beri tahu aku sejujurnya.”Tiffany begitu gugup sampai-sampai dia menghabiskan setengah gelas air dalam satu kali teg
Read more
Bab 229 Terkalahkan
Dalam sekejap, kantor berubah menjadi kekacauan, dengan darah menodai lantai. Tidak pernah menyaksikan hal seperti ini, kaki Arianne gemetar. Dia memaksa dirinya untuk memisahkan kedua pria yang berkelahi saat dia melihat Eric dalam keadaan tidak menguntungkan. “Berhenti berkelahi! Kau hanya akan melukai dirimu seperti ini! Tidak bisakah kalian bicara membicarakan masalah ini?”Eric menahan dirinya dari membuat gerakan terlalu keras ketika dia melihat Arianne datang menghampiri mereka, namun hal itu memberi lawannya kesempatan untuk memberi balasan. Dengan sebuah pukulan keras, Eric terjatuh ke lantai. Dengan berteriak, Arianne mengambil sebuah pot kaktus kecil di meja kantor dan memukulkannya pada kepala pria itu. “Hentikan!”Pukulannya membuat pria itu tidak sadar. Hal itu membuatnya bergidik, dan dia bahkan tidak menyadari telapak tangannya tertusuk kaktus.Eric terhuyung dan menjaga Arianne dibaliknya. “Hubungi polisi…”Arianne menggelengkan kepalanya. “Kita tidak dapat menelepon p
Read more
Bab 230 Menutup Pendengarannya
Mark tidak berkata apapun, tetapi melihat desakan di matanya, Arianne tidak memaksakan diri.Di perjalanan ke rumah sakit, dia bertanya, “Ada berapa saudara laki-laki di keluarga Eric? Mengapa mereka menjadi seperti ini?”Mark merapikan dasinya. “Satu kakak perempuan dan dua kakak laki-laki. Dia masuk terakhir di keluarga itu… dari istri ketiga ayahnya. Dia memiliki ibu yang berbeda dari kedua saudaranya. Rumit. Ayahnya tidak terlalu menganggap dirinya. Sejujurnya bukanlah kesalahan Eric. Jika itu aku, aku akan melakukan yang lebih buruk dari yang ia lakukan.”Arianne juga berpikir bahwa hal ini tidak akan berhenti disini jika Mark yang melakukan.Saat tiba di rumah sakit, dokter mengambil duri dari telapak tangan Arianne. Ketika dia melihat tangannya yang berdarah, dia menyadari betapa kerasnya yang ia lakukan tadi. Setelah mendapatkan perawatan untuk telapak tangannya, Mark mengernyitkan dahi melihat tangan Arianne. “Jangan kembali ke kantor nanti. Aku akan mengantarmu pulang ke ruma
Read more
Bab 231 Ari, Naiklah
Jackson berdecak. “Wajahmu rusak. Dia terlalu kasar.”Tidak terbiasa dengan meja penuh pria dan tidak bisa ikut mengobrol karena dia satu-satunya wanita, Arianne mengambil beberapa suapan lalu berdiri. “Aku sudah kenyang. Kalian lanjutkan makannya.”Mark mengangguk. Arianne pergi untuk duduk di sofa di ruang tengah sementara si Putih meringkuk di pelukannya.Jackson merasa sedikit terkejut dengan apa yang ia lihat. “Kucing itu gemuk sekali…”Mark menghela nafas tanpa berkata apapun, tetapi Jackson melihatnya. “Ck, ck, aku tidak mengira hal ini. Kau yang paling takut dengan binatang berbulu di masa lalu dan sekarang kau memelihara satu di rumah. Sepertinya pengaruh seseorang padamu cukup kuat, ya?”Masih tidak berkata apapun, Mark melotot ke arahnya dengan sedikit menengadah. Tatapannya beralih ke ruang tengah.Ketika mereka selesai makan, waktu telah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Jackson dan Eric cukup mabuk saat mereka pergi, dan Mark dalam keadaan yang tidak berbeda jauh. I
Read more