All Chapters of Gairah Berkuasa : Mempelai Wanita Tuan Tremont yang Berharga: Chapter 181 - Chapter 190
1901 chapters
Bab 182 Ternyata Dia
Setelah beberapa saat, Arianne bertanya, “Bagaimana dengan Si Putih? Bagaimana keadaannya?”Tanpa menatap mata Arianne, Mark dengan singkat menjawab. “Dia baik-baik saja.”Arianne menghela nafas lega. “Baguslah kalau begitu. Aku lihat ramalan cuaca dan tampaknya akan berangin dan hujan terus beberapa hari kedepan.” lalu dia bertanya dengan ragu, “Bisakah… bisakah kau mengizinkan Si Putih untuk tinggal di dalam? Dia agak bodoh. Dia tidak tahu bagaimana caranya bersembunyi saat hujan…”Mark melirik ke arahnya. “Iya dia memang bodoh. Dia boleh tinggal di dalam selama dia tidak mendekatiku.”Sikap Mark sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Ini merupakan tanda yang bagus. Arianne merasa senang karena sekarang Si Putih tidak perlu menderita lagi di halaman. Jackson hanya memandangi mereka yang sedang mengobrol tanpa mengatakan apapun. Seorang perawat datang untuk melakukan pemeriksaan rutin pada Arianne. Saat perawat itu melihat Jackson dan Tiffany, dia tersenyum. “Pak Jackson, aku be
Read more
Bab 183 Merah Menyala
Setelah beberapa saat, Arianne tidak bisa menahannya lagi. “Pulanglah. Kau juga pasti sibuk. Kau tampak seperti tidak cukup tidur. Aku tidak butuh siapa-siapa disini. Lagipula, Mary akan datang sebentar lagi.”Mark mengabaikannya dan mengeluarkan ponselnya.Arianne pernah membuka ponsel Mark. Dan tidak ada aplikasi hiburan apapun di dalamnya. Semuanya hanyalah urusan pekerjaan. Semua dokumen berisi jutaan huruf. Dan itu membuatnya sakit kepala.Setelah beberapa saat, Mary akhirnya datang. Arianne menghela nafas lega dan meminta Mary untuk mendekat padanya, lalu dia berbisik. “Aku harus ke kamar mandi…”Mary hampir tercekik karena tertawa. “Bukankah tuan ada disini? Kalian kan suami istri. Kenapa kau tidak memintanya membantumu saja? Apakah kau menahannya dan menunggu aku datang?!”Arianne tersipu dan tidak berani melihat wajah Mark. Dia sengaja berbisik padanya dengan sangat pelan, tapi kenapa Mary tidak mengerti maksudnya dan malah berteriak?Mungkin untuk menghindari rasa cangg
Read more
Bab 184 Mandi Di Kamar Mark
Arianne merasa kalau nama itu terdengar familiar. Dia merenung sesaat sambil menatap wajah cantik Nina, yang dipenuhi riasan wajah, dan akhirnya mengingat dimana dia pernah mendengar nama itu sebelumnya. “Aku tahu, kau adalah anak paman Moran kan.”Benar sekali. Dia adalah anak dari Charles Moran, Nina Moran. Saat Arianne makan dengan Charles pada perjalanan bisnis Mark, pria itu menyebut nama Nina.Charles Moran adalah seseorang yang Mark hormati. Seseorang seperti orang tuanya sendiri.Nina tersenyum. “Ya. pengawal digerbang tidak mengizinkanku masuk. Aku hanya bisa menunggu disini. Aku sudah mencoba menelpon Mark, tapi tidak tersambung. Dia mungkin sedang sibuk.”Arianne meminta pengawal untuk membuka gerbang, sementara Nina menarik koper besarnya dari mobil tanpa bantuan siapapun. Arianne merasa suka dengan sikap wanita itu. Tubuh nina benar-benar luar biasa. Dia memiliki postur tubuh seperti model kelas atas dan lebih tinggi dari Arianne.Saat mereka memasuki rumah, Nina mele
Read more
Bab 185 Tidur Di Kamar Tamu
Saat waktunya makan siang dan Nina masih belum turun juga, Mary pun mau tidak mau naik ke lantai atas untuk membangunkannya. Tidak lama, Mary turun lagi ke bawah dengan muka kesal. “Ari, apakah si nona Moran itu kesini untuk merebut suamimu? Mungkin masih bisa dimaafkan jika dia mandi di kamar mandi Mark, tapi kenapa dia tidur di ranjang kalian dengan hanya berbalut handuk saja? Selama aku bekerja untuk keluarga Tremont puluhan tahun ini, aku tidak pernah melihat seorang gadis yang tidak sopan seperti dia! Dia bahkan memakai handuk tuan! Menjijikan! Aku akan membuangnya setelah ini!”Arianne mengerutkan dahinya, tentu saja dia tidak menyukai tindakan Nina. Walaupun itu kamar Mark, itu tetap saja kamarnya juga. Mark pun pasti akan tidak senang jika orang asing menggunakan kamar mandi dan tempat tidurnya ditambah lagi dia tidur dengan hanya memakai handuk. Arianne merasa semakin jijik saat dia mengingat kalau Mark juga memakai handuk yang sama. Walaupun itu sudah dicuci tapi tetap saja…
Read more
Bab 186 Tidakkah Menyenangkan?
Nina bergumam setuju dan pergi ke dapur untuk mencari makanan. Setelah itu, dia berganti baju dan pergi ke luar.Mary mengeluh saat dia membersihkan kamar utama. Ketika Arianne berbaring, dia merasa sangat lega. Dia biasanya benci untuk tidur di ranjang ini, tetapi dia tidak mengira untuk bisa terbiasa dengan saat ini.Tidak ada yang tahu sudah berapa lama ketika suara keras dari lantai bawah terdengar. Itu adalah suara pintu dibanting dan suara langkah kaki dari sepatu dengan lantai. Arianne terbangun, dengan kepala terasa berputar-putar. Merasa tidak senang, dia mengecek waktu dan melihat itu pukul empat pagi...Dia tidak perlu menebak untuk tahu bahwa Nina telah kembali, bukan berarti dia bisa berkata sekenanya. Dia bahkan tidak bisa marah. Menutupi kepalanya, dia kembali tidur.Dia bangun pada jam sepuluh keesokan harinya dan Mary menggerutu padanya. “Nina pulang jam empat pagi dan sangat mabuk, dia muntah dimana-mana. Di lantai bawah, di tangga, dimana-mana. Menjijikan. Tuan akan
Read more
Bab 187 Aku Bersama Mark
”Cuaca berangin hari ini. Jangan berdiri disana. Kembalilah masuk dan berbaring. Suruh Mary untuk mengirimkan makananmu ke kamar.” ucap Mark pada Arianne sembari memberikan si Putih pada pelukannya.Arianne sekali lagi terheran-heran. Mark telah melarang dirinya untuk makan di kamar, mengingat sikap yang tidak pantas di masa lalu. Sekarang, dialah yang pertama menyarankannya.Merasa senang, Arianne lanjut bertanya, “Bisakah si Putih ikut denganku ke kamar? Dia belum bertemu denganku seharian, aku takut kalau…”Mark menghentikan langkahnya sejenak. “Jangan meminta terlalu banyak. Jika aku melihatnya di kamar, aku akan membuangnya.”Nada suaranya tidaklah galak, tetapi terdengar, santai. Terlihat senyum tipis pada Arianne. Apakah itu berarti bahwa dia bisa membawanya masuk ke kamar selama Mark tidak melihatnya?Sadar diri, Arianne tidak makan malam di kamarnya. Memang bukan berarti dia tidak bisa bergerak.Nina berbicara di meja makan tanpa henti. “Mark, kau masih tampak sama setelah ber
Read more
Bab 188 Senangkan Aku Seperti Para Perempuan Lain
Pintu lalu terbuka, dan sesuai perkiraan, Mark muncul.Arianne menundukkan kepalanya seolah bersalah. Pipinya memerah dari perasaan gugup, dan jantungnya berdebar kencang. Untungnya, si Putih tidak bergerak.Mark sepertinya sedang senang. Meskipun tidak ada orang disekitar, dia masih saja tersenyum dan bahkan bertanya padanya, “Apa ada yang kau rasa tidak nyaman?”Arianne merasa sangat gugup saat ini, dia bahkan tidak peduli tentang hal-hal yang tidak enak diantara mereka. “Tidak, aku baik-baik saja. Aku rasa aku cukup sehat untuk dapat bekerja besok,” jawabnya lancar.Mark menjadi tidak senang. “Berhenti bercanda. Kau perlu beristirahat setidaknya satu bulan di rumah. Jangan membuatku kesal lain kail. Tidak ada gunanya untukmu. Tidak bisakah kau… belajar untuk menyenangkanku seperti para wanita lain?”Arianne mengangkat pandangannya lalu mereka bertatapan. “Seperti siapa? Aery Kinsey?”Nafasnya tersengal, dan wajahnya muram. Dia berganti pakaian dan mengabaikan Arianne. Arianne
Read more
Bab 189 Sebuah Ciuman Tiba-Tiba
Arianne seketika tersipu. Mengapa dia curiga bahwa yang dia maksud adalah hal lain? Apakah dia sedang membuat lelucon mesum?Untuk mengubah suasana yang mulai aneh, dia membuka mulutnya dan memakan sepotong. Dengan cukup kesulitan, dia menelan makanan itu. “Aku tidak bisa lagi memakannya. Bisakah kau jauhkan? Buah-buahan akan meninggalkan bau di kamar ini.”Mark sedikit memicingkan matanya melihat bibir Arianne yang agak gemetar. Lalu tiba-tiba, dia mendekat dan mencium bibirnya.Arianne dapat mendengar suara di kepalanya. Apa yang ia lakukan! Masih ada begitu banyak masalah yang belum terselesaikan antara kita berdua. Bukankah musuh seharusnya merasa jengkel saat melihat satu sama lain? Mengapa dia menciumku?“Hmm… Tidak…” Arianne mencoba menolaknya. Segera setelah Arianne membuka mulutnya, Mark Memanfaatkannya. Dia merapatkan tubuhnya pada Arianne untuk membuatnya berhenti bergeliat. Dengan hanya sehelai selimut memisahkan mereka, Arianne tidak dapat bergerak sedikitpun dibawah t
Read more
Bab 190 Menelaah Ucapan Nina
Arianne menegakkan punggungnya dan langsung bertanya, “Apa yang kau inginkan dari memberitahuku semua ini? Kau hanya mengenal Mark karena kedua ayah kalian saling mengenal. Aku rasa bukan tempatmu untuk mengatakan semua ini. Pernikahan kami bukanlah urusanmu. Kau terlalu ikut campur, nona Moran.”Nina tersenyum lalu kembali ke kamarnya tanpa berkata apapun.Arianne mendorong pintu terbuka dan memasuki kamar. Mark sepertinya tertidur pulas karenanya kamar terasa sunyi.Dia berbaring dalam diam dengan pikiran yang kacau balau. Setiap kali seseorang menyebutkan kecelakaan pesawat, dia merasa sesak oleh tekanan yang luar biasa. Menambah hasratnya untuk menemukan pak Sloan secepat mungkin sehingga dia dapat mengetahui kebenarannya.Keesokan paginya, Mark telah bersiap untuk pergi.Nina berlari keluar kamar terburu-buru. “Mark, aku pergi juga! Aku ikut! Aku terlalu malas untuk menyetir.”Arianne, ketika mendengar ini, refleks bangkit dari tempat tidur dan membuka sedikit pintu kamar un
Read more
Bab 191 Nina dan Masakan-Masakan Pedasnya
Di sore hari, Mark pulang bersama Nina. Tidak hanya itu, mereka juga tiba lebih awal dari biasanya. Bahkan belum waktunya bagi Mark untuk pulang dari kantor. Mark selalu teliti dalam pekerjaannya; dia tidak akan pernah pulang lebih awal kecuali jika ada hal yang penting.Nina menjinjing belanjaan dalam kantong besar dan kecil. Tangan Mark juga penuh. Segera saat Nina memasuki pintu, dia berseru meminta bantuan. “Mary, tolong bantu bawa ini semua!”Mary perlahan keluar dari dapur. Ketika dia melihat isi belanjaannya, dia berkata, “Kita tidak kekurangan bahan-bahan ini di rumah. Mengapa membeli lagi sebanyak ini?”Nina tersenyum lebar. “Aku tidak mau menumpang gratis! Aku akan merasa tidak enak melakukannya jika aku tinggal lama disini. Ini semua makanan yang Mark dan aku sangat suka, jadi gunakan saja bahan-bahan yang aku beli untuk makan malam, malam ini.”Karena Mark tidak berkata apa-apa, Mary tidak punya pilihan selain membawa semua bahan-bahan itu ke dapur.Seeing that Mark di
Read more