Arianne berkeringat. Dia mencoba bangun beberapa kali tetapi gagal. Ketika Brian melihat kondisi Arianne, dia mau tidak mau mengingatkan Mark. “Tuan…Itu... Nyonya...”Mark mengalihkan pandangannya ke Arianne lalu dengan enggan melepaskan Will sambil memelototinya. “Kau berhutang penjelasan padaku!”Will bergegas untuk membantu Arianne berdiri, tapi Brian langsung menghentikannya. “Tuan Sivan, tolong pergi sekarang. Sisanya adalah urusan keluarga Tremont, dan bukan urusanmu.”Will mengerti apa yang Brian maksud. Dia melirik Arianne dengan cemas lalu dengan enggan keluar dari ruang rawat.Dia ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak tahu apakah dia harus mengatakannya. Setiap langkah yang salah akan menyebabkan Arianne semakin menderita.Brian keluar dari ruangan juga dan menutup pintu, kini hanya ada Arianne dan Mark di dalam ruang ini.Setelah hening sesaat, Mark angkat bicara. “Kau benar-benar mengecewakan…”Arianne duduk di lantai yang dingin dengan menunduk. Sudut mulutnya terang
Tiffany kaget. “Apa? Mengapa? Kenapa kau ada di rumah sakit? Apa yang terjadi?”Suara Arianne terdengar lemas. “Aku akan memberitahumu saat kau di sini…”Setelah telepon ditutup, Tiffany meletakkan spatula di tangannya dan bergegas menuju pintu. “Kau mau pergi kemana?”Lillian dengan cepat bertanya ketika dia melihatnya pergi.Tiffany tidak mau repot-repot menjelaskan secara rinci. “Aku harus pergi ke rumah sakit. Mungkin aku tidak akan pulang malam ini. Aku sudah menyiapkan dua hidangan, makan saja. Tinggalkan piringnya setelah selesai. Aku akan mencucinya saat aku kembali!”Lillian melirik ke dapur dan mengerutkan kening karena tidak puas. “Hanya dua piring kecil sayuran? Tidak peduli seberapa buru-burunya kau, setidaknya kau harus memastikan kalau ibumu cukup makan. ”Tangan Tiffany berhenti saat dia sedang mengganti sepatunya. Wajahnya sedikit muram. “Bu, aku lelah… aku harus bekerja setiap hari dan bekerja paruh waktu hingga larut malam. Kau masih mampu belajar memasak atau m
“Terima kasih atas perhatian dan saranmu pak. Aku akan memperbaikinya.” Balas Tiffany.Jackson sebenarnya tidak jauh lebih tua darinya, namun dia sengaja menebar pesona di depannya. Tiffany benar-benar tidak tahan dengan cara pria itu merendahkannya.Tiffany menghela nafas lega saat mereka akhirnya sampai di rumah sakit. Dia tersenyum dan mengucapkan selamat tinggal pada Jackson.Ketika dia memasuki ruang rawat Arianne, dia terkejut melihat betapa lemahnya Arianne. Anehnya, wajahnya pucat, dan bahkan bibirnya yang biasanya merah pun pucat sepucat wajahnya. “Ari, apa yang terjadi?”Arianne menopang dirinya dan memaksakan senyum. “Duduk dulu…bantu aku mencari posisi nyaman”Tiffany membantu Arianne untuk duduk. Dia marah pada saat dia mengetahui keseluruhan cerita. “Aery Kinsey itu keterlaluan! Dia mencoba membunuhmu! Aku harap dia akan mendapatkan balasan karma dari apa yang telah dia lakukan. Jangan khawatir, Ari, ada kamera pengawas di mana-mana, jadi dia tidak akan bisa kabur be
Tiffany menghela nafas setelah mendengar jawabannya. “Aku rasa mengerti sekarang. Tidak mungkin kehidupan pernikahanmu bisa harmonis. Mungkin kau gelisah bahkan saat di tempat tidur. Pernikahan adalah tentang menyesuaikan diri dengan kehidupan satu sama lain. Perasaan bisa berkembang dari seks. Ketika seorang pria cukup mencintaimu, dia akan bersedia mendengarkanmu. Jika tidak, kau harus membungkuk dan patuh di hadapannya seumur hidupmu. Baiklah, tidak ada gunanya membicarakan semua ini sekarang. Kau hanya perlu mengambil satu langkah dalam satu waktu. Aku akan menunggu Aery Kinsey memakan makanan penjaranya. Kau lebih baik istirahat dengan baik. Masih ada jalan panjang di depanmu, oke?”Arianne mengangguk lalu tidak berkata apa-apa. Memang, dia hanya bisa mengambil satu langkah pada satu waktu untuk saat ini.Tak lama kemudian, Mary kembali ke rumah sakit dengan makanan bergizi. Tiffany membuka termos makanan dan menyajikan bubur yang mengandung banyak vitamin di dalamnya. Aku akan
Helen mencoba tetap tenang sebisanya. “Te-tentu saja… Tidak mungkin aku akan melakukan kesalahan. Saat itu, Aery sedang bertengkar denganku di rumah karena dia pulang larut malam dan mabuk di malam sebelumnya. Teman-temannya lah yang mengantarkannya pulang ke rumah. Mobil sport ditinggalkan di lokasi dan aku perlu mengirimkan supir untuk membawanya pulang keesokan harinya. Tidak aku sangka kecelakaan akan terjadi selama perjalanan. Aku sangat yakin dengan ingatanku. Bagaimanapun juga, kitalah yang patut disalahkan karena sopir itu bekerja untuk keluarga Kinsey. Terserah padamu, kami akan menerima keputusanmu.”Mark tidak segera memberi jawaban. Helen menatap dirinya dengan gugup, menggigit bibirnya begitu kuat hingga hampir mengeluarkan darah.Setelah beberapa saat, Mark akhirnya berkata. “Kau ibu Arianne. Aery adalah adik tirinya. Kecelakaan ini hanya dapat diselesaikan secara pribadi di luar pengadilan. Aku akan menyuruh seseorang tinggal dan mengurusnya denganmu. Aku akan pergi se
Setelah membereskan urusan itu, Tiffany merasa begitu lelah sampai-sampai dia tidak sanggup bergerak sedikitpun saat dia menjatuhkan diri di tempat tidurnya. Dia berpikir sejenak lalu menghubungi ibunya. Segera setelah panggilannya terhubung, dia mendengar ribut-ribut dari ujung telepon. “Tiga bambu! Tunggu! Menang!”Tiffany bahkan tidak perlu menebak untuk tahu bahwa Lillian sedang bermain mahjong lagi, dan ini membuatnya kesal. “Bisakah kau berhenti bermain mahjong? Ini sudah larut malam dan kau masih belum pulang juga.”Lillian membalas dengan nada lebih kesal. “Karena kau sepertinya tidak peduli lagi padaku, aku akan melakukan apapun yang ku mau, pergi makan ke luar atau bermain mahjong. Aku tidak pulang malam ini. Aku akan bermain semalaman! Lakukan apa yang kau mau dan jangan menggangguku!”Mendapati panggilannya di tutup membuat Tiffany ingin menjerit untuk melepaskan amarahnya. Jika dia tidak khawatir akan dilaporkan karena mengganggu tetangga, dia akan menjerit dari palung
Menyadari situasi yang terasa tidak enak, resepsionis segera menghubungi sekretaris Mark. “Ellie, ibu Tremont ada disini mencari pak Tremont. Aku rasa dia cukup agresif… dia bersama seseorang juga. Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya tetapi dia tampak seperti pelayannya atau sejenisnya…”Sekretaris itu mengiyakan informasi itu lalu menutup panggilannya. Dia bangun dan mengetuk pintu kantor Mark. “Pak Tremont, istrimu ada disini.”Dia dapat mendengar Mark menjawab dengan datar dari ruang kantornya.Lift dengan cepat tiba di lantai empat puluh enam. Ellie Amore, yang telah menunggu di depan pintu lift, seketika memasang senyum di wajahnya saat melihat Arianne.”Ibu Tremont, pak Tremont ada di dalam ruangannya.”Mata Arianne terarah ke sendal tebal di kaki Ellie yang tidak cocok untuk busana kantor. Dia lalu teringat bahwa Mark tidak suka terganggu oleh keributan saat dia bekerja. Karenanya, mereka membutuhkan keheningan di lantai ini. Kali terakhir Arianne berada disini, dia perlu
Setelah melalui semua kejutan dan emosi yang naik turun, Arianne membenamkan dirinya di kursi mobil, merasa hampa. “Ayo pulang,” sahutnya lemah.Mengingat panggilan dari Helen yang ia tolak sebelumnya, dia meraih ponselnya dan balik menghubunginya. Panggilan itu dengan cepat terangkat dan Arianne kontan membahas inti persoalan. “Kau tahu Aery yang menabrakku, kan?”Helen yang berada di ujung panggilan, tercekat. “Ari… maafkan aku… aku tak bisa apa-apa. Kalian berdua sama-sama penting bagiku, tetapi aku juga kesulitan… maafkan aku…”Arianne mendengus. “Tentu, kau juga punya kesulitan. Aku layak mendapatkannya. Aku layak keguguran, aku layak hampir terbunuh. Bukankah kau memohon bantuan padaku sebelumnya karena kau melahirkanku? Aku berhutang atas hidup yang kau berikan padaku, jadi sekarang…Aku telah membayarnya dengan nyawa anakku. Mulai sekarang, aku tidak berhutang apapun lagi padamu.”Dia segera menutup teleponnya setelah berkata demikian lalu memblokir nomor ponsel Helen.Sete