Arianne mencibir. “Kamu keliru, nona kecil. Aku tidak akan cukup gila untuk membuat marah ibu dari pria yang kusuka jika aku jadi kau, Nak. Aku khususnya tidak akan mengatakan apa pun yang ber-IQ serendah itu juga. Biarlah aku benar-benar jujur kepadamu: tidak seorang pun yang memiliki nama keluarga Leigh akan mendapat sisi baikku—yang terakhir gagal. Keras. Aku dapat menjamin bahwa kau akan meninggalkan kami dalam rentang waktu tiga hari. Jika aku kalah, kau bisa tinggal di sini selamanya. Ingin bertaruh? Aku menantangmu."Dia membiarkan ancamannya tergantung pada ucapan itu dan membalikkan kursi rodanya, meninggalkan wanita muda yang terhina itu.Kemarahan menyeruak dari Raven seperti gelombang gempa di sekujur tubuhnya. Dia hampir mengalami hiperventilasi, tetapi tepat sebelum menjadi tidak mungkin untuk dikendalikan, dia kembali dan mendesak dirinya untuk tenang. Dia punya perasaan bahwa meskipun dia pingsan saat itu juga, tidak ada yang akan menemukannya, bukan?Sekarang sete
Arianne sudah lama tidak mendengar nama itu, dia harus berpikir lama beberapa detik sebelum akhirnya mengingat wajahnya.Shelly-Ann Leigh… Dia pasti menghabiskan bertahun-tahun di rumah sakit jiwa, bukan? Hanya Tuhan yang tahu jika rambut wanita itu sekarang abu-abu dan putih seluruhnya.Ketika seseorang hampir mati, seseorang dapat berdiri untuk memaafkan semua sejarah di antara mereka—bahkan yang gelap, walaupun jika buku besar itu penuh—untuk selamanya. Jadi, Arianne menjawab, "Aku akan pergi denganmu. Tidak peduli apa yang terjadi, dia tetap ibumu."Mark sama sekali tidak mengharapkan jawaban itu darinya. Dalam keterkejutannya, dia membungkuk dan meninggalkan ciuman di bibirnya. “Aku tahu aku memilih wanita yang tepat sebagai istriku. Aku pikir kau tidak akan setuju untuk membiarkanku menemaninya selama hari-hari terakhirnya…”Arianne tidak menjawab apa-apa. Dia tidak begitu bodoh sehingga akan mencoba untuk menang dari seorang wanita yang hari-harinya terhitung jari. Tidak ped
“Wow, dia sudah kembali. Dia juga memberikan donasi besar pada sekolah seni terkemuka di ibukota. Menyenangkan sekali menjadi orang kaya, bukan!”“Aku dengar dia adalah alumni kita, dia lulusan universitas Southline, wajar saja kalau dia menyumbang begitu besar. Ditambah lagi, dia orang terkaya di kota. Yang tidak kalah penting, dia sangat menawan…. Bisa dibilang dia itu pria idaman seluruh negeri -- kaya, tampan, dan rendah hati. Tidak ada lagi orang yang seperti dia di dunia ini!”Seluruh kampus seni Southline gempar dengan kabar tentang kembalinya Mark Tremont, kecuali Arianne Wynn yang berdiam mematung seperti ibu jari yang bengkak. Terduduk di anak tangga, dia sedang mengunyah roti yang sudah tidak hangat lagi. Menelan roti keras hanya dengan air saja terasa sama dinginnya dengan musim dingin.Mark Tremont. Dia kembali lagi setelah tiga tahun….“Ari, kenapa kau makan roti kering lagi? Ayo, aku akan mentraktirmu makanan enak!”Tiffany Lane duduk di samping Arianne. Lalu Aria
Arianne terlalu takut untuk melawan. Ini sudah terjadi berkali-kali sejak dulu. “Tuan, waktunya makan.”Suara kepala pelayan Henry terdengar dari luar kamar, terdengar seperti penyelamat yang baru saja tiba dari surga untuk menyelamatkan Arianne.Kepala pelayan Henry sudah mengabdi pada keluarga Tremont selama puluhan tahun lamanya dan dia juga menyaksikan Mark Tremor tumbuh dewasa, maka Kepala Pelayan Henry berperan sangat penting untuk Mark Tremont.“Baiklah,” Jawab Mark dengan santai.Arianne Wynn membuka pintu buru-buru, menyelamatkan diri. Kata-kata Mark masih menggema di pikirannya.“Kau akan berulang tahun yang ke delapan belas tahun kan?”Pertanyaannya membuat pikirannya kacau. Dia sangat paham apa maksud dari berulang tahun ke delapan belas. Mark Tremont meninggalkan rumah setelah makan, dan itu membuat Arianne merasa lega saat dia berbaring di kasur kecil di gudang. Dia sudah tinggal di gudang itu selama sepuluh tahun. Bisa dibilang, Kediaman Tremont adalah rumah ke
Dua menit kemudian, mobil Mark akhirnya melaju pergi. Arianne menghela nafas setelah tanpa sadar menahannya, dan bertanya-tanya apa yang dia lakukan saat mobil itu berhenti.“Tuan… salju sedang turun. Apakah kau tidak akan membiarkan nona masuk ke mobil? Haruskah kita menunggu sebentar lagi? Atau apakah aku harus menelponnya?” Tanya Brian Pearce sang sopir yang khawatir.“Keras kepala…” Mark Tremont melihat kearah bayangan lemah dari kaca spion dengan rasa jengkel. Dia sudah menunggu selama dua menit dan memberinya kesempatan.Saat Arianne tiba di sekolah, Tifanny Lane terlihat kaget melihat Arianne basah kuyup.“Apa yang kau lakukan? Apakah kau mengendarai sepedamu saat sedang turun salju seperti ini ? Apakah kau gila? Ayolah, sarapan masih hangat. Cepatlah makan!”Arianne mengambil susu dan roti yang Tifanny berikan padanya dengan senyuman, warna kemerahan muncul dari bibirnya yang pecah-pecah.Tiffany menarik nafas dalam. “Apakah orang tuamu tidak peduli padamu? Mereka tidak k
Dekan yang ada di sampingnya tersenyum. “Tuan Tremont, apa yang kau maksud itu… Will Sivan? Kau mungkin sudah pernah mendengar tentang dia, dia adalah salah satu dari tuan muda dari keluarga Sivan. Dia sedang di tahun pertama sekarang. Mereka bertiga biasanya selalu bersama-sama.”“Mulai besok, aku tidak mau melihatnya lagi di Universitas Southline. Oh tidak, maksudku aku tidak ingin melihatnya lagi di seluruh ibukota.” ucap Mark Tremont dengan datar sebelum berbalik badan dan pergi.Setelah beberapa langkah, dia berhenti. “Dan aku akan sepenuhnya mensponsori Arianne, tapi secara diam-diam dan jangan sampai orang tahu bahwa akulah sponsornya.”Dekan langsung menganggukan kepalanya.“Baiklah, baiklah. Semoga harimu menyenangkan tuan”-----Setelah sekolah telah usai, Arianne Wynn menyeret badannya yang lesu sambil mendorong sepedanya ke gerbang kampus, dia berdiri disana untuk menunggu Will Sivan karena dia ingin mengembalikan syalnya.“Ari, apa kau sedang menunggu Will? Dia suda
Sepasang lengan tiba-tiba menangkapnya dan menariknya. Arianne hampir bisa merasakan kelembaban dari tubuh yang baru saja selesai mandi itu, dia juga bisa mencium wangi dari sabun mandi yang dipakai Mark Tremont.Tangannya memegang dada Mark, tanpa dia sadari tangannya gemetar.Tangan Mark yang tadi melingkari pinggulnya seketika terlepas.“Enyahlah.”Entah mengapa, suaranya agak sedikit serak. Arianne tidak mengerti apa yang membuat Mark Tremont kesal padanya lagi maka dia pun pergi meninggalkan kamar Mark Tremont.Saat dia sampai di gudang, dia kemudian merasa menyesal karena dia lupa menanyakan soal Will Sivan. Mengingat apa yang baru saja terjadi barusan membuatnya mengurungkan niatnya untuk mendatanginya lagi. Keesokan harinya, pagi pun tiba, Mary datang ke gudang dengan segelas air minum.“Ayo Ari bangun, minumlah obat ini.”Arianne merasa bingung. Mary tidak tahu kalau dia masuk angin. Selain itu, bagaimana Mary berani memberikannya obat tanpa seizin Mark Tremont?Untu
Ada sekejap saat Arianne melihat bayangan Will dibalik Tiffany. Ketiganya saling mengenal dengan baik sampai-sampai nada suara dan ekspresi Tiffany Lane bisa sangat menyerupainya.Arianne terhenyak. Ia tertegun, tidak tahu harus menjawab apa.Tiffany melambaikan tangan kearahnya dengan tersenyum.“Baiklah, misiku sudah selesai. Apapun yang perlu kau ucapan, sampaikan pada Will sendiri! Hati-hati di jalan pulang, sampai jumpa besok!”Dia masuk ke dalam mobilnya dan berlalu pergi, meninggalkan Arianne yang terdiam dalam waktu lama, apa yang baru saja diucapkan Tiffany terus berulang dipikirannya...Saat Arianne tiba di area rumah Tremont, waktu telah menunjukan lewat dari pukul delapan malam. Dia perlahan membuka kotak hadiah untuk melihat bahwa Tiffany telah memberikannya sebuah kalung, sementara Will telah memberikannya sebuah gelang. Di dalam kotak hadiah dari Will terdapat sebuah catatan yang tertulis, ‘Beriringan, bersamamu aku akan menua’.Tersipu, Arianne menyembunyikan hadiah-had