Akhirnya dia baru mencerna kabar ini, dan Arianne merasa semakin gugup sekarang dibanding di telepon tadi. Dia pun menuju ke lantai bawah.“Mama Mary, tolong bersihkan rumah ini dengan sangat bersih…”Mary tekejut karena Arianne biasanya tidak memperdulikan hal itu.“Ada apa Ari?”Arianne tidak bisa menunjukan dengan pasti apakah dia merasa senang atau takut. “Dia…. akan pulang.” Mary terkejut beberapa saat, sebelum menyadari siapa yang Arianne maksud. Dengan mata yang berseri-seri dia menjawab. “Benarkah? Tuan akan kembali? Itu luar biasa. Kalian sudah lama tidak bertemu sejak kalian menikah tiga tahun lalu. Ini benar-benar kabar baik kalau dia kembali. Aku akan membersihkan seluruh sudut rumah jadi jangan khawatir.”Arianne kembali ke kamarnya dan membereskan kertas-kertas sketsa yang berserakan di lantai. Dia bekerja untuk sebuah perusahaan desain fashion dan baru saja melewati masa training. Dia biasanya sibuk maka kamarnya selalu berantakan. Mary tidak berani membereskan ka
Kata-kata Mark menghentikan langkah Arianne sesaat. Dia tidak meragukan kemampuan Mark Tremont untuk membubarkan perusahaan tempat dia bekerja jika dia menginginkannya…Namun, Arianne tidak mengatakan apapun, dia memilih untuk kembali ke kamarnya. Lalu berbaring di ranjang dengan pikiran kosong.Di meja makan, Mark Tremont meletakkan ponselnya dan melanjutkan melahap makanannya, berpura-pura tidak memperdulikan semua pesan yang menumpuk di ponselnya.“Mary, pindahkan dia ke kamarku.”Mary akhirnya tersadar, “Seharusnya memang begitu.. Tapi kau pergi selama tiga tahun ini, kan? Makanya Ari tinggal di kamar lamanya. Karena sekarang kau sudah kembali, dia harus pindah ke kamarmu. Aku akan mengurusnya.”Mark Tremont mengoreksi nya. “Kau harus merubah caramu memanggilnya juga sekarang.”“Oh ya kau benar. Aku sudah terbiasa memanggilnya Ari. Aku akan memanggilnya nyonya mulai sekarang,” jawab Mary dengan Senyuman.Saat Mary pergi ke kamar Arianne untuk memindahkan barang-barangnya, Ar
Suara asing seorang pria terdengar dari sisi lain telepon.“Hello, kakak ipar? Uh, Mark minum terlalu banyak. Apa kau bisa datang dan menjemputnya?”Kakak ipar? Panggilan itu mengejutkannya. Awalnya Arianne mengira kalau orang ini pasti salah sambung, dan dia masih merasa bingung.“Apa? Dimana?”Setelah beberapa saat akhirnya Arianne mendapatkan nama bar tempat mereka minum.Dia menutup teleponnya, memakai jaketnya dan membangunkan Henry. Karena dia tidak punya surat izin mengemudi maka dia tidak bisa menjemputnya sendiri.Setelah tiba di bar itu, dia melihat para pria di depan pintu masuk tepat saat dia keluar dari mobil. Selain Mark Tremont yang terlihat mabuk, ada dua pria lainnya.Sekumpulan pria tampan yang suka mabuk-mabukan-- pikir Arianne. Kedua pria itu terlihat tampan dan tinggi. Hanya saja dia belum pernah melihat mereka sebelumnya.“Wow, Mark sangat hebat dalam menyimpan rahasia. Baru hari ini saat dia mabuk dia akhirnya mengatakan kalau dia sudah menikah. Aku tida
Entah kenapa, Arianne teringat pada wanita yang menggandeng Mark Tremont di bandara tadi dan dia langsung mendorong Mark.“Kita bisa bicara nanti saja saat kau sedang tidak mabuk!”Kalau dia tidak mabuk, dia pasti tidak akan mau menyentuhnya…“Keluarlah!” ucap mark dengan marah.Arianne terkejut, dia langsung bangun dan merapikan piyama nya sebelum pergi ke kamar lamanya. Walaupun yang tersisa hanyalah ranjang saja, dia masih bisa tidur di kamar kosong.Saat pagi tiba keesokan harinya, Arianne duduk di ruang makan, dia melihat Mary melepaskan sprei di ranjang lamanya dengan buru-buru, ranjangnya bahkan dipindahkan juga.Mark Tremont tidak meliriknya saat dia turun ke lantai bawah dan langsung menuju mobilnya.Setelah selesai makan, Arianne mengambil tasnya dan pergi keluar. Saat dia bekerja, dia tidak perlu khawatir tentang kehadiran Mark Tremont.Saat dia duduk di ruang kerjanya, supervisornya Simon Donn meletakkan sebuah dokumen di mejanya.“Kirim ini pada perusahaan Wyatt.
Tiba-tiba, suara seorang wanita samar-samar terdengar dari dalam kantor Mark Tremont. “Hmmpp kau bilang kau tidak ada waktu, nyatanya kau sama sekali tidak sibuk! Aku melihat tas dan aku sangat menyukainya! Belikan itu untukku oke?”Arianne Wynn terkejut, seolah hampir tercekik mendengarnya.Dia tidak mendengar apakah Mark Tremont mengatakan sesuatu balik kepada wanita itu.Tidak lama, wanita itu keluar. Mereka saling bertatapan, Arianne tercengang karena wanita itu adalah wanita yang sama yang dia lihat di bandara.Tatapannya tidak tertuju pada wajah wanita itu saja, tapi pada sepatu hak tinggi yang dia pakai. Mark Tremont melarang semua orang merusak ketenangan di lantai itu tapi dia mengizinkan wanita itu memakai sepatu hak tinggi.“Jadi kau lagi. Kau ada urusan apa dengan Mark kesayanganku? Aku tidak tahu masa lalu apa yang kau miliki dengan Mark, tapi aku tidak menyukaimu dan mulai sekarang aku akan membencimu. Setelah kita kembali dari luar negeri, aku selalu melihat wajahmu
Tidak, aku akan langsung pergi.” Jawab Arianne singkat.Saat dia berbalik, sebuah pulpen melayang melewati telinganya dan terbanting ke pintu. Tintanya bocor dan mengotori lantai.Jika Mark Tremont sudah melempari barang seperti ini, itu berarti dia sedang marah. Arianne tidak berani bergerak. Walaupun dia agak gemetar. Dia ingin melawan ketakutannya padanya tapi tetap tidak bisa….“Kemarilah!” suara Mark dipenuhi amarah. Bagi Arianne suaranya seperti peringatan akan suatu bencana. Setelah merasa ragu dia akhirnya berbalik dan berjalan ke arah Mark Tremont, Mark menarik Arianne mendekatinya, dia melingkarkan tangannya pada pinggulnya agar dia tidak memberontak. Suaranya sangat menusuk dan dingin. “Kau memanggilku apa? Apakah kau akan mengubah caramu memanggilku dirumah juga?”Saat dia mengingat kalau Arianne lebih memilih untuk menunggu dua jam diluar ruang kerjanya daripada langsung masuk dan menemuinya, amarahnya semakin bertambah.Arianne akhirnya mengerti kenapa dia marah.
Lift itu berhenti di lantai tujuh. Melihat seorang pria akan memasuki lift dengan tatapan sinis. Simon Donn pun berpindah ke sudut lift. Pintu lift itu perlahan tertutup. Pria itu tiba-tiba menendang perut bagian bawah Simon Donn. suaranya pelan tapi sangat mengancam.“Jangan berpikir untuk menyentuh sesuatu yang tak seharusnya kau sentuh!”Tendangan itu membuat Simon Donn membungkuk kesakitan, dia memegangi perutnya dan bertanya dengan terkejut. “Siapa kau?”“Aku suami Arianne Wynn!”…Saat Arianne sampai dan masuk ke kediaman keluarga Tremont, dia langsung memeriksa apa Mark Tremont sudah kembali.Mary geli melihat tingkahnya, dia pun tertawa dan berkata, “Tuan belum pulang!”Arianne menghela nafas lega. “Dia bilang akan pulang untuk makan malam malam ini..”Seharusnya dia sudah pulang lebih dulu kan.Arianne baru keluar dari kamar mandi, dan dia melihat Mark Tremont sudah ada di ruang makan. Rambutnya agak basah dan dia sudah berganti baju, menandakan kalau dia juga sudah
Arianne Wynn menahan nafasnya, seketika dia tersadar kalau keinginannya untuk mengakhiri kesengsaraannya saat ini hanyalah mimpi belaka. Mark Tremont sudah cukup baik dengan mengampuninya dan membiarkannya hidup untuk menebus dosa-dosanya, dia tidak ada hak untuk memilih...“Aku akan tidur di kamar tamu.” ucapnya sebagai bentuk perlawanan terakhirnya.“Berani kau melangkah satu langkah saja!”Ancaman Mark Tremont sangat dingin, terasa seperti angin beku dari luar berhembus tepat ke dalam hatinya.Dia pun menghentikan langkahnya dan diam menunggu Mark Tremont melanjutkan bicara.Setelah sunyi untuk beberapa saat, bibir tipis Mark Tremont pun bicara lagi.“Kau benar-benar ingin pergi hah? Baiklah, aku akan kabulkan keinginanmu. Dengan syarat… kau harus memberiku anak!”Seorang anak? Mark ingin agar dia memberikannya anak? Anak dari darah daging mereka?Arianne Wynn tiba-tiba teringat dengan masa lalu saat ibunya meninggalkannya demi laki-laki lain tanpa mempertimbangkan dirinya.