Tidak, aku akan langsung pergi.” Jawab Arianne singkat.Saat dia berbalik, sebuah pulpen melayang melewati telinganya dan terbanting ke pintu. Tintanya bocor dan mengotori lantai.Jika Mark Tremont sudah melempari barang seperti ini, itu berarti dia sedang marah. Arianne tidak berani bergerak. Walaupun dia agak gemetar. Dia ingin melawan ketakutannya padanya tapi tetap tidak bisa….“Kemarilah!” suara Mark dipenuhi amarah. Bagi Arianne suaranya seperti peringatan akan suatu bencana. Setelah merasa ragu dia akhirnya berbalik dan berjalan ke arah Mark Tremont, Mark menarik Arianne mendekatinya, dia melingkarkan tangannya pada pinggulnya agar dia tidak memberontak. Suaranya sangat menusuk dan dingin. “Kau memanggilku apa? Apakah kau akan mengubah caramu memanggilku dirumah juga?”Saat dia mengingat kalau Arianne lebih memilih untuk menunggu dua jam diluar ruang kerjanya daripada langsung masuk dan menemuinya, amarahnya semakin bertambah.Arianne akhirnya mengerti kenapa dia marah.
Lift itu berhenti di lantai tujuh. Melihat seorang pria akan memasuki lift dengan tatapan sinis. Simon Donn pun berpindah ke sudut lift. Pintu lift itu perlahan tertutup. Pria itu tiba-tiba menendang perut bagian bawah Simon Donn. suaranya pelan tapi sangat mengancam.“Jangan berpikir untuk menyentuh sesuatu yang tak seharusnya kau sentuh!”Tendangan itu membuat Simon Donn membungkuk kesakitan, dia memegangi perutnya dan bertanya dengan terkejut. “Siapa kau?”“Aku suami Arianne Wynn!”…Saat Arianne sampai dan masuk ke kediaman keluarga Tremont, dia langsung memeriksa apa Mark Tremont sudah kembali.Mary geli melihat tingkahnya, dia pun tertawa dan berkata, “Tuan belum pulang!”Arianne menghela nafas lega. “Dia bilang akan pulang untuk makan malam malam ini..”Seharusnya dia sudah pulang lebih dulu kan.Arianne baru keluar dari kamar mandi, dan dia melihat Mark Tremont sudah ada di ruang makan. Rambutnya agak basah dan dia sudah berganti baju, menandakan kalau dia juga sudah
Arianne Wynn menahan nafasnya, seketika dia tersadar kalau keinginannya untuk mengakhiri kesengsaraannya saat ini hanyalah mimpi belaka. Mark Tremont sudah cukup baik dengan mengampuninya dan membiarkannya hidup untuk menebus dosa-dosanya, dia tidak ada hak untuk memilih...“Aku akan tidur di kamar tamu.” ucapnya sebagai bentuk perlawanan terakhirnya.“Berani kau melangkah satu langkah saja!”Ancaman Mark Tremont sangat dingin, terasa seperti angin beku dari luar berhembus tepat ke dalam hatinya.Dia pun menghentikan langkahnya dan diam menunggu Mark Tremont melanjutkan bicara.Setelah sunyi untuk beberapa saat, bibir tipis Mark Tremont pun bicara lagi.“Kau benar-benar ingin pergi hah? Baiklah, aku akan kabulkan keinginanmu. Dengan syarat… kau harus memberiku anak!”Seorang anak? Mark ingin agar dia memberikannya anak? Anak dari darah daging mereka?Arianne Wynn tiba-tiba teringat dengan masa lalu saat ibunya meninggalkannya demi laki-laki lain tanpa mempertimbangkan dirinya.
Keesokan harinya, Arianne bangun dan langsung berangkat ke kantor tanpa makan sarapan terlebih dulu. Tumpukan dokumen sudah menunggu di mejanya, membuat Arianne mengerutkan keningnya. “Dokumen siapa ini?”Seseorang berbisik dari sampingnya, “Tuan Donn ingin kau mengurus dokumen-dokumen itu. Apakah kau menyinggungnya? Dia hampir saja melemparkan semua dokumen dari seluruh departemen ke mejamu. Kau sepertinya akan kerja lembur hari ini…”Arianne tidak berkata apa-apa, karena dia sudah mengira pasti ini adalah bentuk balas dendam dia padanya. Arianne pun duduk dan mulai bekerja.Dia menerima pesan singkat saat makan siang, “Aku ibunya Aery Kinsey. Ayo bertemu. Aku akan menunggumu di cafe Mocha.”Arianne mencoba mengingat-ngingat siapa Aeri Kinsey, karena merasa tidak ingat maka dia membalas, “Aku tidak kenal dengan Aery Kinsey.”Dia menerima pesan lagi, “Tapi aku mengenalmu. Jadi sampai jumpa disana.Entah kenapa, wajah wanita yang bersama Mark di bandara kemarin muncul di kepala
Kembali ke kantor, Arianne mengabaikan perutnya yang berbunyi karena lapar. Pikirannya dipenuhi dengan wajah Helen Cameran. Dia tidak pernah mengira ibunya yang dulu menghilang akan muncul lagi di kehidupannya. Dia tidak tahu apakah dia merasa marah atau jijik, tapi dia merasakan gejolak emosi yang campur aduk dalam dirinya.Karena itu sudah bertahun-tahun, Arianne terlihat berbeda. Maka Helen Cameran tidak mengenalinya, namun, Arianne bisa mengenalinya! Wajahnya sudah lama terukir dalam ingatannya.Ada sesuatu yang dia tidak mengerti.Helen Cameran telah meninggalkannya saat dia berumur enam tahun. Bahkan kalau dia langsung menikah, Aery Kinsey seharusnya akan berumur tujuh tahun lebih muda darinya. Aery Kinsey tidak terlihat dibawah umur….Kalau dia bukan anak kandungnya, tapi kenapa Helen Cameran begitu pedulinya padahal dia hanyalah ibu tiri, lalu apa arti Arianne baginya… Apakah Aery Kinsey lah yang anak kandungnya?! “Aery Wynn, apakah kau akan lembur sampai malam malam ini?
Aku sudah bilang padamu. Carilah Mark Tremont jika kau mau aku meninggalkannya. Aku tidak punya hak akan hal ini. Dan juga, akan ku beritahu padamu sekarang -- Aku tidak akan meninggalkannya! Mark Tremont adalah suamiku, kami sudah menikah!”Setelah dia mengatakan itu, Arianne berlari ke jalan. Air mata mengalir di pipinya. Daripada bertemu ibunya dengan cara seperti ini, lebih baik mereka tidak pernah bertemu sama sekali.Dia tidak tahu seberapa jauh dia sudah berjalan hingga tiba-tiba sebuah mobil mengklakson di belakangnya.Karena mengira itu adalah Helen Cameron, dia mengabaikannya. Saat mobil itu menghampirinya, Brian Pearce mengeluarkan kepalanya dari jendela. “Nyonya, naiklah.”Arianne menghapus air mata di wajahnya dan melihat ke kursi belakang mobil, dia samar-samar melihat Mark Tremont sedang duduk disana.Dia merasa rasa dingin di luar tadi berangsur-angsur menjadi hangat setelah dia memasuki mobil. Dengan ragu-ragu dia bertanya, “Kau tahu kalau Aery Kinsey adalah adi
Arianne terdiam membeku sebelum perlahan menoleh padanya, dan dia melingkarkan tangannya pada leher Mark.Dia terfokus pada pria yang ada di hadapannya, dia terus saja mengatakan pada dirinya kalau dia akhirnya akan bisa pergi setelah dia hamil dan melahirkan seorang anak untuknya. Tapi walaupun demikian dia tidak tahu harus melakukan apa. Tanpa pikir panjang dia berkata dengan bodohnya, “Rambutmu masih basah…”Tak lama kemudian, bibir Arianne terkatup rapat. Mereka terbawa suasana malam dan nafas mereka terengah-engah.Arianne tak sengaja menatap mata tajam Mark Tremont, tatapan mata yang Arianne tak pernah bisa pahami, saat ini mata itu dipenuhi dan dikuasai oleh hasrat…Kali ini, Arianne tidak lagi mencoba untuk kabur. Tangannya menyentuh dada Mark Tremont. Rasa hangat di telapak tangannya terasa familiar. Rasanya sama seperti saat tangan Mark Tremont menggenggam tangan nya saat dia masih kecil. Itu terasa familiar dan hangat tetapi juga terasa aneh dan dingin….Dia merasa taku
Arianne Wynn langsung bangun.Baru dua jam sejak Mark Tremont pergi, tapi dia sudah mabuk?“Uh.. Oke. Aku kesana sekarang!” ucap Arianne sambil mengenakan bajunya.Saat dia tiba di bar dengan kepala pelayan Henry, Eric dan Jackson baru saja keluar dari bar sambil membopong Mark Tremont. Arianne menghampiri mereka.“Maaf karena telah merepotkan kalian.”Eric tersenyum, “Tidak masalah, lagipula kita sudah saling kenal lebih dari sepuluh tahun sekarang. Kau… bekerja di Glide Design kan?”Arianne tidak mengerti mengapa Eric tiba-tiba menanyakan ini tapi dia mengangguk.“Iya.”Eric tidak mengatakan apa-apa lagi dan membantunya membawa Mark kedalam mobil.Dijalan pulang, Henry mengingatkan Arianne. “Nyonya, awasi jika tuan ingin muntah karena dia minum terlalu banyak. Jika dia muntah di mobil, dia dia pasti tidak akan mau memakai mobil ini lagi.”Arianne mengangguk. Karena Henry benar. Mark akan melakukan hal semacam itu.Dia benar-benar mabuk kali ini, dia bahkan tidak bangun saa