Dekan yang ada di sampingnya tersenyum. “Tuan Tremont, apa yang kau maksud itu… Will Sivan? Kau mungkin sudah pernah mendengar tentang dia, dia adalah salah satu dari tuan muda dari keluarga Sivan. Dia sedang di tahun pertama sekarang. Mereka bertiga biasanya selalu bersama-sama.”“Mulai besok, aku tidak mau melihatnya lagi di Universitas Southline. Oh tidak, maksudku aku tidak ingin melihatnya lagi di seluruh ibukota.” ucap Mark Tremont dengan datar sebelum berbalik badan dan pergi.Setelah beberapa langkah, dia berhenti. “Dan aku akan sepenuhnya mensponsori Arianne, tapi secara diam-diam dan jangan sampai orang tahu bahwa akulah sponsornya.”Dekan langsung menganggukan kepalanya.“Baiklah, baiklah. Semoga harimu menyenangkan tuan”-----Setelah sekolah telah usai, Arianne Wynn menyeret badannya yang lesu sambil mendorong sepedanya ke gerbang kampus, dia berdiri disana untuk menunggu Will Sivan karena dia ingin mengembalikan syalnya.“Ari, apa kau sedang menunggu Will? Dia suda
Sepasang lengan tiba-tiba menangkapnya dan menariknya. Arianne hampir bisa merasakan kelembaban dari tubuh yang baru saja selesai mandi itu, dia juga bisa mencium wangi dari sabun mandi yang dipakai Mark Tremont.Tangannya memegang dada Mark, tanpa dia sadari tangannya gemetar.Tangan Mark yang tadi melingkari pinggulnya seketika terlepas.“Enyahlah.”Entah mengapa, suaranya agak sedikit serak. Arianne tidak mengerti apa yang membuat Mark Tremont kesal padanya lagi maka dia pun pergi meninggalkan kamar Mark Tremont.Saat dia sampai di gudang, dia kemudian merasa menyesal karena dia lupa menanyakan soal Will Sivan. Mengingat apa yang baru saja terjadi barusan membuatnya mengurungkan niatnya untuk mendatanginya lagi. Keesokan harinya, pagi pun tiba, Mary datang ke gudang dengan segelas air minum.“Ayo Ari bangun, minumlah obat ini.”Arianne merasa bingung. Mary tidak tahu kalau dia masuk angin. Selain itu, bagaimana Mary berani memberikannya obat tanpa seizin Mark Tremont?Untu
Ada sekejap saat Arianne melihat bayangan Will dibalik Tiffany. Ketiganya saling mengenal dengan baik sampai-sampai nada suara dan ekspresi Tiffany Lane bisa sangat menyerupainya.Arianne terhenyak. Ia tertegun, tidak tahu harus menjawab apa.Tiffany melambaikan tangan kearahnya dengan tersenyum.“Baiklah, misiku sudah selesai. Apapun yang perlu kau ucapan, sampaikan pada Will sendiri! Hati-hati di jalan pulang, sampai jumpa besok!”Dia masuk ke dalam mobilnya dan berlalu pergi, meninggalkan Arianne yang terdiam dalam waktu lama, apa yang baru saja diucapkan Tiffany terus berulang dipikirannya...Saat Arianne tiba di area rumah Tremont, waktu telah menunjukan lewat dari pukul delapan malam. Dia perlahan membuka kotak hadiah untuk melihat bahwa Tiffany telah memberikannya sebuah kalung, sementara Will telah memberikannya sebuah gelang. Di dalam kotak hadiah dari Will terdapat sebuah catatan yang tertulis, ‘Beriringan, bersamamu aku akan menua’.Tersipu, Arianne menyembunyikan hadiah-had
Mata Arianne Wynn terbelalak kaget. Baru saat itu dia sadar bahwa sebelum dia tiba, Mark telah minum cukup banyak. Tegukan kecil tadi tidak bisa mewakili bau alkohol yang merebak darinya saat ini.ciuman Mark Tremont sangat kuat dan ganas, menyesakkan nafas Arianne sedikit demi sedikit. Saat ia akan berkeliat untuk mencari udara, Mark akhirnya melepasnya.“Makan malamnya mulai dingin!” Arianne berseru panik.Mark Tremont adalah orang yang berbeda saat ia mabuk, dibandingkan dengan ketika dia sadar. Saat dia mabuk, perlahan sifat aslinya keluar, namun selama sadar dia adalah pria yang lemah lembut yang digemari semua orang.Arianne menyadari hal ini. Dia merasa takut dan gentar, diiringi dengan pesan dari Will Sivan yang disampaikan oleh Tiffany Lane terus terulang dipikirannya - ‘Aku menyukaimu. Tunggu aku kembali. Kau harus menungguku.’Mark Tremont mendorongnya jatuh ke atas ranjang besar dibelakangnya.“Dua jam lagi. Sayang sekali jika dihabiskan dengan makan malam.”Dia sedang memb
Tangan Arianne mengayun ke arah lehernya, bersungut. Dia samar-samar mengingat bahwa Mark Tremont telah menciuminya di bagian itu, dia pasti telah meninggalkan bekas.Tidak seperti Arianne yang bingung, Mary tampak gembira.“Ari, sahkan saja dengan tuan jika dia menyukaimu. Kau akan mendapatkan roti bakar favoritmu seumur hidup dan dia juga tampan. Aku rasa tidak ada yang kau tidak setuju dengannya, lagipula kau telah bersama dengannya selama sepuluh tahun.”Arianne menghindar dari membahas topik itu dengan memotong ucapan Mary. “Mama Mary, aku sudah telat sekolah. Dadah!”Dia berlari keluar pintu seakan-akan dia menyelamatkan nyawanya.Menjadi pasangan Mark Tremont? Jika dia bosan setengah mati, okelah.Ketika Arianne tiba di sekolah, Tiffany Lane bergegas ke arahnya dan bermain dengan syalnya.“Sayang, kau punya selera yang unik ya. Mengapa terasa seperti tahun 70-an? Tetapi Ari selalu terlihat terbaik bagaimanapun juga. Kau terlihat keren, mungkin bahkan lebih baik jika kau mengenak
Ketika mereka mengumpulkan tugas itu, gurunya tersenyum mengecek melihat hasil gambarnya.“Kau menggambar Mark Tremont hah? Kau biasanya pendiam, tetapi sekarang kau sama seperti anak perempuan kebanyakan. Beberapa dari mereka juga menggambar dirinya tetapi gambarmu yang terbaik. Kau punya foto? Bagikanlah.”Guru itu adalah seorang wanita berumur tiga puluhan. Belum menikah, mudah emosi, dan tergila-gila dengan Mark Tremont, dia mengoceh tentangnya bersama murid-murid lain setiap hari.Arianne Wynn menggelengkan kepalanya. “Aku tidak punya foto…”Wajah gurunya mengkerut.“Tetapi gambarmu begitu baik? Semua itu hanya dari imajinasi? Pernahkah kau bertemu langsung dengannya? Berbaik hatilah, tunjukan aku fotonya. Gambarmu… terlihat seperti ia duduk di sekitar rumah? Foto seperti ini tidak ada di internet. Darimana kau mendapatkannya?”Tifanny Lane tidak lagi dapat menahan dirinya.“Apa yang diributkan saat ini? Dia bilang bahwa dia tidak punya foto, sudah. Kemampuan gambarnya memang sela
Arianne Wynn gelisah seketika. Apakah dia sudah tidak lagi melakukan perjalanan bisnis? Mengapa dia tiba-tiba pulang? Ketakutan muncul dari dalam dirinya. Jika diingat, untung dia tidak ikut pergi bermain seluncur es dengan Tiffany. Hanya saja dia sedang sial karena rantai sepedanya putus...Pergi ke kamar mandi, Arianne merasa khawatir ketika ia mandi, tahu bahwa Mark pasti akan mencarinya.Dia menangkap sekelebat bayangan di sofa dari ujung matanya ketika ia keluar dari kamar mandi dan melewati ruang tengah.Mark mengenakan baju santai berwarna abu-abu muda, terlihat lebih sederhana dari setelan jas utuh yang biasa dipakai, sehingga membuatnya tidak terlihat begitu dingin. - kecuali matanya yang masih tidak ramah saat menatap Arianne.“Kemarilah.”Dengan kepala tertunduk, Arianne bergerak untuk berdiri tepat disampingnya.“Kau sudah pulang.”“...Dingin?” Mark ingin bertanya mengapa dia telat pulang, namun seluruh pertanyaannya berpadu menjadi satu kata ketika dia melihat luka di tang
Arianne Wynn mematung.“Tidak apa-apa, aku merasa nyaman-nyaman saja tidur di gudang!”Mark Tremont melirik ke arahnya, hawa tidak senang terpancar dari tatapannya yang dingin.“Aku tidak memintamu untuk tidur di kamarku di lantai atas tapi di kamar tamu. Mary akan membantumu menyiapkan kamar tamu yang ada di samping kamarku.”Karena merasa ketahuan telah salah mengira, Arianne merasa canggung.Tidak lama kemudian, salah satu pelayan yang telah meyiapkan makan malam untuk mereka di ruang makan mendatangi mereka.“Tuan, Nona, waktunya makan malam.”Mark Tremont menutup majalah yang ada di tangannya dan berdiri.“Makanlah.”Dia meminta Arianne Wynn untuk makan bersamanya. Kapan terakhir kali Arianne Wynn makan dengan Mark Tremont di meja yang sama? Dia bahkan tidak ingat itu.Arianne Wynn menundukkan kepalanya di meja makan, dia makan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Dia hanya mengambil lauk yang dekat dari jangkauannya. Mark Tremont makan perlahan, dia juga hampir tidak m