Arianne menjadi semakin penasaran bagaimana kecelakaan pesawat itu terjadi. Dia mengenal ayahnya, dan dia yakin ayahnya tidak mungkin mengendalikan pesawat saat dia sedang mabuk. Ayahnya adalah kapten yang penuh kompeten dan dia juga ayah yang baik dan bertanggung jawab. Selalu! Tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh suara sekretaris dari luar ruangan. “Tuan Tremont, Tuan John Lane ingin bertemu denganmu. Kami sudah mencoba untuk menyuruhnya pergi, tapi dia menolak. Dia sudah membuat keributan di kantor.”John Lane bukan lain adalah ayah dari Tiffany.“Mark, tolong biarkan dia masuk dan bicara… aku mohon padamu…” Arianne memohon.Mark menggertakan giginya dan melepaskan Arianne, “Biarkan dia masuk!” ucapnya.Sebelum dia bisa bernafas lega, Mark seolah menyiram harapannya dengan air dingin dan berkata. “Hanya karena aku setuju untuk menemuinya, bukan berarti aku akan membantunya. Bukankah ketidakpastian ini akan menghancurkan semua harapannya?”Mark terlihat menakutkan … menghancurka
Tiba-tiba Mark berkata, “Bawa kembali sketsa sampah itu dan katakan pada Eric Nathaniel untuk menggambarkan yang baru untukku.”Sudut bibir arinna mengerut. Mark memang mudah sekali merubah-rubah ekspresinya…“Apakah sketsanya… seburuk itu?” tanya Arianne penasaran.Mark melirik padanya, “Apa, apa kau pikir aku punya banyak waktu untuk sengaja menyulitkanmu?”“Libur tahun baru akan tiba dalam tiga hari,” ucapnya lembut. “Kami tidak akan bisa menyelesaikannya tepat waktu, bahkan jika seluruh departemen lembur pun masih tidak cukup…”“Itu masalahmu.” balas Mark.Dia tidak berani menjawabnya. Mark sudah berjanji untuk bermurah hati dan menolong keluarga Lane, ini sudah membuatnya merasa seperti awan hitam dilangit sudah hilang dan matahari kembali bersinar. Jadi bagaimana dia berani untuk berdebat dengannya? “Baiklah kalau begitu… aku akan pergi. Jangan marah lagi. Pulanglah kalau kau mau. Aku akan lembur di kantor untuk beberapa hari kedepan, jadi akan akan sudah tidur saat aku sam
Arianne pun tiba di kediaman Tremont, dia langsung mandi tanpa bersuara di lantai bawah. Saat dia keluar dari kamar mandi, Mary sudah menyiapkan semangkuk mi untuknya. “Ari, ayo makan. Kau pasti lelah karena sudah lembur.”Arianne merasa tersentuh. “Mary...aku akan bekerja lembur untuk beberapa hari kedepan. Ini sudah larut malam. Lain kali kau tidak usah menungguku. Aku tidak akan lapar.”Mary tersenyum padanya. “Ini perintah dari tuan. Dia tidak pandai merangkai kata-kata, jadi aku akan beritahu intinya saja, intinya, dia sangat peduli denganmu. Makanlah dan istirahat setelah kau selesai.”Arianne tahu apa yang Mark katakan tanpa harus menebaknya. Itu pasti, bagaimana kalau dia harus menggunakan uangnya untuk merawatnya jika dia sakit karena kelelahan bekerja, atau dia khawatir tentang bagaimana kalau orang-orang akan mengatakan kalau dia telah menyiksanya…Setelah Arianne selesai makan mie nya, dia merangkak ke kamar di lantai atas seperti pencuri. Dia bahkan tidak menyalakan la
Di Glide DesignArianne sedang sibuk bekerja saat Eric tiba-tiba mendatanginya dan meletakkan ponselnya didepan Arianne. “Apa kau tahu tentang ini?”Dia melirik ke arah layar ponsel Eric dan langsung terkejut. Sebuah judul berita menyatakan. “CEO Mark Tremont mengungkapkan kalau tiga tahun lalu, dia diam-diam menikahi Arianne Wynn, anak yatim piatu yang dia rawat belasan tahun lalu!”.Beritanya itu tidak menyinggung sama sekali, bahkan tidak ada satupun orang yang berani membicarakan tentang kecelakaan yang disebabkan oleh ayah Arianne. Beritanya hanya fokus pada pernikahannya dengan Mark. Foto pernikahan mereka bahkan dicantumkan dalam berita itu. Tentu saja foto itu foto palsu yang sudah diedit karena dia tidak pernah melakukan foto pernikahan dengan Mark. Mark sudah mengurusnya sendiri. Jelas sekali kalau foto itu sudah di photoshop oleh seseorang. Dari kelihatannya, sepertinya Mark sendirilah yang sengaja membocorkan informasi ini…Arianne tiba-tiba merasa bingung. Dia sudah me
Kata-kata Helen Cameran membuat Arianne bingung sesaat, tapi dia memilih untuk tidak memperdulikannya dan kembali ke kursinya. Dia masih bisa melihat Helen terdiam di sudut yang sama. Itu membuatnya kesal dan mengacaukan fokusnya.Setelah sekian lama, dia masih belum menghasilkan kemajuan dalam proses desain gaun pengantinnya. Saat malam tiba, dia tidak punya pilihan lain selain melihat beberapa variasi desain untuk mendapatkan inspirasi. Pikirannya masih dipenuhi dengan pengumuman pernikahan yang Mark buat. Semua orang di kantor mulai menatapnya dengan tatapan aneh. Penghinaan dan penolakan berubah menjadi kehati-hatian. Setidaknya, tidak ada yang berani menindasnya lagi.Sebuah ide tiba-tiba muncul di kepalanya. Gaun pernikahan seperti apa yang Mark kira-kira akan sukai? Hasil akhirnya harus bisa membuatnya terkesan apapun yang terjadi, jadi dia harus melakukan sesuai yang Mark sukai!Walaupun dia sudah memutar otaknya, dia masih belum juga menemukan apa yang dia suka. Dia masih t
Lily mengangguk pelan. “Aku akan pergi sekarang, jika tidak ada hal lain.”Segera setelah dia sampai di kantor, semua orang dari departemen desain berkumpul menghampirinya. Bagaimana tadi? Nona Pierra? Apakah dia menyetujui desainnya?”Lily langsung menuju keruangan CEO dan saat dia melihat Eric, barulah dia berkata, “Sketsanya sudah disetujui tuan Nathaniel.”Eric tidak terlihat terkejut sama sekali. “Baiklah, minta janitor untuk memberishkan kantor. Kalian semua boleh pulang lebih awal hari ini.”Seluruh departemen desain bersorak saat mereka mendengar kabar ini. Semua orang, kecuali Arianne yang masih duduk di meja kerjanya.Dia pelan-pelan mengemasi barang-barang dan pergi ke kamar mandi. Di depan cermin dia memoleskan lipstik pada bibirnya yang pucat. Dia tidak ingin Mark kesal padanya saat dia melihatnya di rumah.Tiba-tiba, dia mendengar seseorang berbicara dari dalam toilet. “Aku rasa Arianne lah yang memaksa Mark untuk mempublikasikan pernikahan mereka. Mark selalu menye
Mark agak terkejut, tapi lalu dia meminumnya sedikit. Rasa manis yang kuat dari teh susu itu langsung menyebar di mulutnya, membuatnya semakin mengerutkan dahinya. Untuk seseorang seperti dia yang tidak suka makanan manis sejak kecil, teh susu ini terasa aneh.Arianne tiba-tiba tersadar. Apa yang baru saja dia lakukan? Kenapa dia memberikan minuman yang sudah dia minum? Apakah Mark benar-benar baru saja meminumnya?!Arianne tersentak saat dia melihat noda lipstik yang dia tinggalkan di sedotannya. Dia menggenggam gelas itu ke dadanya dan melihat ke jendela. Walaupun dia bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi, dalam hatinya, dia sangat panik. Apakah dia harus meminum sisa teh susunya?Mark tidak tahu apa yang ada dipikiran Arianne saat ini, tapi dia merasa geli melihat caranya menggenggam gelasnya dengan erat. Dia hanya minum sedikit saja, kenapa dia bersikap berlebihan sekali hanya karena sebuah minuman?Saat mereka hampir tiba di kediaman Tremont, ponsel Mark tiba-tiba berder
Marry langsung menghampirinya dan mengambilkan sepatu lalu meletakkannya di hadapannya dengan rapi. “Jangan khawatir, aku akan memastikan kalau Nyonya akan makan saat dia bangun.”Mark tidak menjawab dan hanya mengerutkan bibirnya. Saat mobil Mark semakin jauh dari kediaman Tremont, Arianne perlahan bangun. Dia mengeluarkan ponselnya dan memeriksa jam. “Mary…. Kenapa kau tidak membangunkan aku?” gerutunya.“Tuan bilang untuk tidak membangunkanmu.” balas Mary, lalu dia menghampirinya sambil tersenyum, “Dia ingin kau istirahat. Kau telah bekerja keras beberapa hari ini. Aku akan menghangatkan makananmu dan membawakannya. Kau harus makan sebelum kau tidur, ngomong-ngomong, Tuan baru saja pergi.”“Mm,” sahut Arianne. Dia bangun dan duduk di meja makan, lalu dia menyadari kalau ponsel Mark tertinggal. Awalnya dia tidak peduli, tapi ponselnya berdering, selain itu, pada layar ponselnya tertera kalau Aery Kinsey menelponnya…Mary menoleh ke arahnya dan berkata, “Jawablah teleponnya, Nyony