Arianne pun tiba di kediaman Tremont, dia langsung mandi tanpa bersuara di lantai bawah. Saat dia keluar dari kamar mandi, Mary sudah menyiapkan semangkuk mi untuknya. “Ari, ayo makan. Kau pasti lelah karena sudah lembur.”Arianne merasa tersentuh. “Mary...aku akan bekerja lembur untuk beberapa hari kedepan. Ini sudah larut malam. Lain kali kau tidak usah menungguku. Aku tidak akan lapar.”Mary tersenyum padanya. “Ini perintah dari tuan. Dia tidak pandai merangkai kata-kata, jadi aku akan beritahu intinya saja, intinya, dia sangat peduli denganmu. Makanlah dan istirahat setelah kau selesai.”Arianne tahu apa yang Mark katakan tanpa harus menebaknya. Itu pasti, bagaimana kalau dia harus menggunakan uangnya untuk merawatnya jika dia sakit karena kelelahan bekerja, atau dia khawatir tentang bagaimana kalau orang-orang akan mengatakan kalau dia telah menyiksanya…Setelah Arianne selesai makan mie nya, dia merangkak ke kamar di lantai atas seperti pencuri. Dia bahkan tidak menyalakan la
Di Glide DesignArianne sedang sibuk bekerja saat Eric tiba-tiba mendatanginya dan meletakkan ponselnya didepan Arianne. “Apa kau tahu tentang ini?”Dia melirik ke arah layar ponsel Eric dan langsung terkejut. Sebuah judul berita menyatakan. “CEO Mark Tremont mengungkapkan kalau tiga tahun lalu, dia diam-diam menikahi Arianne Wynn, anak yatim piatu yang dia rawat belasan tahun lalu!”.Beritanya itu tidak menyinggung sama sekali, bahkan tidak ada satupun orang yang berani membicarakan tentang kecelakaan yang disebabkan oleh ayah Arianne. Beritanya hanya fokus pada pernikahannya dengan Mark. Foto pernikahan mereka bahkan dicantumkan dalam berita itu. Tentu saja foto itu foto palsu yang sudah diedit karena dia tidak pernah melakukan foto pernikahan dengan Mark. Mark sudah mengurusnya sendiri. Jelas sekali kalau foto itu sudah di photoshop oleh seseorang. Dari kelihatannya, sepertinya Mark sendirilah yang sengaja membocorkan informasi ini…Arianne tiba-tiba merasa bingung. Dia sudah me
Kata-kata Helen Cameran membuat Arianne bingung sesaat, tapi dia memilih untuk tidak memperdulikannya dan kembali ke kursinya. Dia masih bisa melihat Helen terdiam di sudut yang sama. Itu membuatnya kesal dan mengacaukan fokusnya.Setelah sekian lama, dia masih belum menghasilkan kemajuan dalam proses desain gaun pengantinnya. Saat malam tiba, dia tidak punya pilihan lain selain melihat beberapa variasi desain untuk mendapatkan inspirasi. Pikirannya masih dipenuhi dengan pengumuman pernikahan yang Mark buat. Semua orang di kantor mulai menatapnya dengan tatapan aneh. Penghinaan dan penolakan berubah menjadi kehati-hatian. Setidaknya, tidak ada yang berani menindasnya lagi.Sebuah ide tiba-tiba muncul di kepalanya. Gaun pernikahan seperti apa yang Mark kira-kira akan sukai? Hasil akhirnya harus bisa membuatnya terkesan apapun yang terjadi, jadi dia harus melakukan sesuai yang Mark sukai!Walaupun dia sudah memutar otaknya, dia masih belum juga menemukan apa yang dia suka. Dia masih t
Lily mengangguk pelan. “Aku akan pergi sekarang, jika tidak ada hal lain.”Segera setelah dia sampai di kantor, semua orang dari departemen desain berkumpul menghampirinya. Bagaimana tadi? Nona Pierra? Apakah dia menyetujui desainnya?”Lily langsung menuju keruangan CEO dan saat dia melihat Eric, barulah dia berkata, “Sketsanya sudah disetujui tuan Nathaniel.”Eric tidak terlihat terkejut sama sekali. “Baiklah, minta janitor untuk memberishkan kantor. Kalian semua boleh pulang lebih awal hari ini.”Seluruh departemen desain bersorak saat mereka mendengar kabar ini. Semua orang, kecuali Arianne yang masih duduk di meja kerjanya.Dia pelan-pelan mengemasi barang-barang dan pergi ke kamar mandi. Di depan cermin dia memoleskan lipstik pada bibirnya yang pucat. Dia tidak ingin Mark kesal padanya saat dia melihatnya di rumah.Tiba-tiba, dia mendengar seseorang berbicara dari dalam toilet. “Aku rasa Arianne lah yang memaksa Mark untuk mempublikasikan pernikahan mereka. Mark selalu menye
Mark agak terkejut, tapi lalu dia meminumnya sedikit. Rasa manis yang kuat dari teh susu itu langsung menyebar di mulutnya, membuatnya semakin mengerutkan dahinya. Untuk seseorang seperti dia yang tidak suka makanan manis sejak kecil, teh susu ini terasa aneh.Arianne tiba-tiba tersadar. Apa yang baru saja dia lakukan? Kenapa dia memberikan minuman yang sudah dia minum? Apakah Mark benar-benar baru saja meminumnya?!Arianne tersentak saat dia melihat noda lipstik yang dia tinggalkan di sedotannya. Dia menggenggam gelas itu ke dadanya dan melihat ke jendela. Walaupun dia bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi, dalam hatinya, dia sangat panik. Apakah dia harus meminum sisa teh susunya?Mark tidak tahu apa yang ada dipikiran Arianne saat ini, tapi dia merasa geli melihat caranya menggenggam gelasnya dengan erat. Dia hanya minum sedikit saja, kenapa dia bersikap berlebihan sekali hanya karena sebuah minuman?Saat mereka hampir tiba di kediaman Tremont, ponsel Mark tiba-tiba berder
Marry langsung menghampirinya dan mengambilkan sepatu lalu meletakkannya di hadapannya dengan rapi. “Jangan khawatir, aku akan memastikan kalau Nyonya akan makan saat dia bangun.”Mark tidak menjawab dan hanya mengerutkan bibirnya. Saat mobil Mark semakin jauh dari kediaman Tremont, Arianne perlahan bangun. Dia mengeluarkan ponselnya dan memeriksa jam. “Mary…. Kenapa kau tidak membangunkan aku?” gerutunya.“Tuan bilang untuk tidak membangunkanmu.” balas Mary, lalu dia menghampirinya sambil tersenyum, “Dia ingin kau istirahat. Kau telah bekerja keras beberapa hari ini. Aku akan menghangatkan makananmu dan membawakannya. Kau harus makan sebelum kau tidur, ngomong-ngomong, Tuan baru saja pergi.”“Mm,” sahut Arianne. Dia bangun dan duduk di meja makan, lalu dia menyadari kalau ponsel Mark tertinggal. Awalnya dia tidak peduli, tapi ponselnya berdering, selain itu, pada layar ponselnya tertera kalau Aery Kinsey menelponnya…Mary menoleh ke arahnya dan berkata, “Jawablah teleponnya, Nyony
Aku akan menjemputmu. Berikan saja alamatmu. Aku akan kesana sekarang.” ucap Ethan.Setengah jam kemudian, mobil Ethan tiba di depan gerbang. Arianne memakai jaketnya dan buru-buru ke mobil. Suhu pada malam hari terasa membeku.Penjaga yang bertugas shift malam melihat kalau Arianne baru saja menaiki mobil yang bukan mobil Mark lalu dia menulis nomor plat mobil itu.Arianne tidak ingin pergi terlalu jauh, maka dia mengatakan pada Ethan untuk berhenti di pertigaan. “Ayo bicara di mobil saja. Ini sudah larut.”Evan terlihat lelah. “Aku lelah sekali hari ini. Datanglah ke hotelku. Aku akan memanggil taksi untukmu pulang. Ada banyak sekali hal yang harus kita bahas, dan aku tidak mau sampai gagal. Kau adalah satu-satunya teman baik Tiffany, dan aku tidak tahu pada siapa lagi aku bisa meminta bantuan. Kali ini saja oke?”Arianne tidak bisa menolaknya jadi dia mengikuti Ethan ke hotelnya.Mereka berjalan ke kamar hotelnya. Makanan yang tadi Ethan pesan sudah sampai. “Apa kau mau juga?”
Sayangnya Ethan tidak mendengarnya dan terus saja mandi; Sepertinya, kamar mandinya kedap suara.Tidak lama, pengawal merebut kartu kamar dari Tiffany dan membuka pintunya. Arianne sekarang berhadapan dengan Mark-- rasanya seperti sedang menatap padang salju. Tatapan matanya membuat Arianne merasa bersalah, walaupun dia tidak melakukan kesalahan apapun. Dia mundur karena takut…Tiffany berusaha melepaskan diri dari pengawal lalu berlari dan melindungi Arianne. “Mark Tremont, kalau kau ingin mengatakan sesuatu, bersikap dengan sopan. Aku sama bingungnya denganmu! Tapi, bisakah kita menunggu Ethan selesai mandi sebelum kita meluruskan hal ini? Aku yakin Arianne bukanlah orang seperti itu. Begitu juga dengan Ethan!”Ethan akhirnya menyadari ada yang tidak beres diluar. Dia memakai jas mandi nya dan berjalan keluar, dan menemukan kerumunan orang di kamarnya. “Ada apa?” tanyanya kaget.Tatapan Mark menjadi dingin. Tiffany membentak kesal, “Kau bertanya padaku? Bagaimana aku tahu?”Etha