Lily mengangguk pelan. “Aku akan pergi sekarang, jika tidak ada hal lain.”Segera setelah dia sampai di kantor, semua orang dari departemen desain berkumpul menghampirinya. Bagaimana tadi? Nona Pierra? Apakah dia menyetujui desainnya?”Lily langsung menuju keruangan CEO dan saat dia melihat Eric, barulah dia berkata, “Sketsanya sudah disetujui tuan Nathaniel.”Eric tidak terlihat terkejut sama sekali. “Baiklah, minta janitor untuk memberishkan kantor. Kalian semua boleh pulang lebih awal hari ini.”Seluruh departemen desain bersorak saat mereka mendengar kabar ini. Semua orang, kecuali Arianne yang masih duduk di meja kerjanya.Dia pelan-pelan mengemasi barang-barang dan pergi ke kamar mandi. Di depan cermin dia memoleskan lipstik pada bibirnya yang pucat. Dia tidak ingin Mark kesal padanya saat dia melihatnya di rumah.Tiba-tiba, dia mendengar seseorang berbicara dari dalam toilet. “Aku rasa Arianne lah yang memaksa Mark untuk mempublikasikan pernikahan mereka. Mark selalu menye
Mark agak terkejut, tapi lalu dia meminumnya sedikit. Rasa manis yang kuat dari teh susu itu langsung menyebar di mulutnya, membuatnya semakin mengerutkan dahinya. Untuk seseorang seperti dia yang tidak suka makanan manis sejak kecil, teh susu ini terasa aneh.Arianne tiba-tiba tersadar. Apa yang baru saja dia lakukan? Kenapa dia memberikan minuman yang sudah dia minum? Apakah Mark benar-benar baru saja meminumnya?!Arianne tersentak saat dia melihat noda lipstik yang dia tinggalkan di sedotannya. Dia menggenggam gelas itu ke dadanya dan melihat ke jendela. Walaupun dia bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi, dalam hatinya, dia sangat panik. Apakah dia harus meminum sisa teh susunya?Mark tidak tahu apa yang ada dipikiran Arianne saat ini, tapi dia merasa geli melihat caranya menggenggam gelasnya dengan erat. Dia hanya minum sedikit saja, kenapa dia bersikap berlebihan sekali hanya karena sebuah minuman?Saat mereka hampir tiba di kediaman Tremont, ponsel Mark tiba-tiba berder
Marry langsung menghampirinya dan mengambilkan sepatu lalu meletakkannya di hadapannya dengan rapi. “Jangan khawatir, aku akan memastikan kalau Nyonya akan makan saat dia bangun.”Mark tidak menjawab dan hanya mengerutkan bibirnya. Saat mobil Mark semakin jauh dari kediaman Tremont, Arianne perlahan bangun. Dia mengeluarkan ponselnya dan memeriksa jam. “Mary…. Kenapa kau tidak membangunkan aku?” gerutunya.“Tuan bilang untuk tidak membangunkanmu.” balas Mary, lalu dia menghampirinya sambil tersenyum, “Dia ingin kau istirahat. Kau telah bekerja keras beberapa hari ini. Aku akan menghangatkan makananmu dan membawakannya. Kau harus makan sebelum kau tidur, ngomong-ngomong, Tuan baru saja pergi.”“Mm,” sahut Arianne. Dia bangun dan duduk di meja makan, lalu dia menyadari kalau ponsel Mark tertinggal. Awalnya dia tidak peduli, tapi ponselnya berdering, selain itu, pada layar ponselnya tertera kalau Aery Kinsey menelponnya…Mary menoleh ke arahnya dan berkata, “Jawablah teleponnya, Nyony
Aku akan menjemputmu. Berikan saja alamatmu. Aku akan kesana sekarang.” ucap Ethan.Setengah jam kemudian, mobil Ethan tiba di depan gerbang. Arianne memakai jaketnya dan buru-buru ke mobil. Suhu pada malam hari terasa membeku.Penjaga yang bertugas shift malam melihat kalau Arianne baru saja menaiki mobil yang bukan mobil Mark lalu dia menulis nomor plat mobil itu.Arianne tidak ingin pergi terlalu jauh, maka dia mengatakan pada Ethan untuk berhenti di pertigaan. “Ayo bicara di mobil saja. Ini sudah larut.”Evan terlihat lelah. “Aku lelah sekali hari ini. Datanglah ke hotelku. Aku akan memanggil taksi untukmu pulang. Ada banyak sekali hal yang harus kita bahas, dan aku tidak mau sampai gagal. Kau adalah satu-satunya teman baik Tiffany, dan aku tidak tahu pada siapa lagi aku bisa meminta bantuan. Kali ini saja oke?”Arianne tidak bisa menolaknya jadi dia mengikuti Ethan ke hotelnya.Mereka berjalan ke kamar hotelnya. Makanan yang tadi Ethan pesan sudah sampai. “Apa kau mau juga?”
Sayangnya Ethan tidak mendengarnya dan terus saja mandi; Sepertinya, kamar mandinya kedap suara.Tidak lama, pengawal merebut kartu kamar dari Tiffany dan membuka pintunya. Arianne sekarang berhadapan dengan Mark-- rasanya seperti sedang menatap padang salju. Tatapan matanya membuat Arianne merasa bersalah, walaupun dia tidak melakukan kesalahan apapun. Dia mundur karena takut…Tiffany berusaha melepaskan diri dari pengawal lalu berlari dan melindungi Arianne. “Mark Tremont, kalau kau ingin mengatakan sesuatu, bersikap dengan sopan. Aku sama bingungnya denganmu! Tapi, bisakah kita menunggu Ethan selesai mandi sebelum kita meluruskan hal ini? Aku yakin Arianne bukanlah orang seperti itu. Begitu juga dengan Ethan!”Ethan akhirnya menyadari ada yang tidak beres diluar. Dia memakai jas mandi nya dan berjalan keluar, dan menemukan kerumunan orang di kamarnya. “Ada apa?” tanyanya kaget.Tatapan Mark menjadi dingin. Tiffany membentak kesal, “Kau bertanya padaku? Bagaimana aku tahu?”Etha
Arianne tidak menjawab dan hanya menggenggam erat handuk yang membalut tubuhnya. Dia memejamkan matanya, tak ingin menatap Mark. mungkin dia akan tidak ketakutan lagi kalau dia tidak menatapnya…Tatapan Mark terjatuh pada luka di bahunya. Mark lah yang menyebabkan luka pada bahunya… tapi sekarang, dia melihatnya sebagai hinaan, “Kau membuatku jijik!”Mark pergi dan membiarkan Arianne. Biasanya Mark tidak sepert ini.Pintu kamar dibanting, Arianne duduk di sisi ranjang seperti boneka tak bernyawa.Dia terjaga semalaman, dan tidak ada yang menelponnya untuk menjemput Mark yang mabuk. Itu berarti Mark tidak akan berubah menjadi sosok yang berbeda saat dia mabuk dan menyentuh lehernya seperti kucing juga…Keesokan paginya jam delapan, Mary mengetuk pintu. “Ari, apa kau sudah bangun? Apa kau mau makan? Apa yang terjadi… antara kau dan Tuan?”Arianne meringkuk dibawah selimut. “Aku tidak mau makan, dan tidak ada apa-apa.”Mary menghela nafas dan tidak bertanya lagi.Ponselnya berderi
Arianne tidak menjawab. Bagaimana mungkin Mark Tremont mempercayainya? Dia tidak pernah sekalipun mempercayainya…Hati Mary terasa sakit melihat kondisi Arianne. Namun, dia juga tidak bisa apa-apa.Malam itu, atas desakan Arianne, Mary akhirnya pulang untuk beristirahat, dia hanya masuk angin dan bisa merawat dirinya sendiri. Paling tidak, dia hanya harus menginap di rumah sakit untuk satu hari di bawah pengawasan dokter. Dia akan boleh pulang keesokan harinya.Dia tampaknya tidak bisa tidur, kemungkinan karena dia sudah tidur terlalu lama di siang hari. Dia memejamkan matanya dan berbaring di ranjang rumah sakit, segudang pikiran seolah mengganggunya.“Apa yang kau lakukan?!” tiba-tiba ada teriakan dari luar kamar.Arianne tersentak kaget. Dia membuka matanya dan melihat bayangan wajah seorang pria menghilang dari jendela diatas pintu. Siapa yang mengintip nya tengah malam begini?!Dia merasa takut untuk tinggal lebih lama. Dia mengemasi barangnya dan meninggalkan rumah sakit ma
Arianne dengan lembut mengaduk buburnya dengan sendok; dia tidak menanggapi saran dari Mary.Apakah Mark mencarinya selama itu karena dia merasa bersalah? Dia merasa kalau dia bisa tidak akan bisa mengubah pikirannya. Jika Mark tidak ingin pulang, maka Mark hanya akan merasa jijik jika dia berlutut dan mengemis padanya.Beritanya terus menyebar di internet, tapi Mark tidak pernah menganggapnya langsung. Dia bahkan menhyumbang pada sebuah sekolah dasar dimalam tahun baru.Arianne tidak sengaja menemukan berita terbaru saat dia sedang membolak-balik berita. Itu adalah foto dia yang diambil secara diam-diam saat dia di rumah sakit. Dia sedang berbaring di ranjang, terlihat pucat dan tak bernyawa. Isi beritanya mempertanyakan apakah dia dirawat dirumah sakit karena kekerasan rumah tangga dan apakah sikap lembut Mark hanyalah tipuan belaka. Saat dia mengingatnya, orang yang mengintipnya waktu itu lah pasti orang yang mengambil foto ini.Tanpa sengaja dia membantah tuduhan itu di kolom k