Arianne tidak menjawab. Bagaimana mungkin Mark Tremont mempercayainya? Dia tidak pernah sekalipun mempercayainya…Hati Mary terasa sakit melihat kondisi Arianne. Namun, dia juga tidak bisa apa-apa.Malam itu, atas desakan Arianne, Mary akhirnya pulang untuk beristirahat, dia hanya masuk angin dan bisa merawat dirinya sendiri. Paling tidak, dia hanya harus menginap di rumah sakit untuk satu hari di bawah pengawasan dokter. Dia akan boleh pulang keesokan harinya.Dia tampaknya tidak bisa tidur, kemungkinan karena dia sudah tidur terlalu lama di siang hari. Dia memejamkan matanya dan berbaring di ranjang rumah sakit, segudang pikiran seolah mengganggunya.“Apa yang kau lakukan?!” tiba-tiba ada teriakan dari luar kamar.Arianne tersentak kaget. Dia membuka matanya dan melihat bayangan wajah seorang pria menghilang dari jendela diatas pintu. Siapa yang mengintip nya tengah malam begini?!Dia merasa takut untuk tinggal lebih lama. Dia mengemasi barangnya dan meninggalkan rumah sakit ma
Arianne dengan lembut mengaduk buburnya dengan sendok; dia tidak menanggapi saran dari Mary.Apakah Mark mencarinya selama itu karena dia merasa bersalah? Dia merasa kalau dia bisa tidak akan bisa mengubah pikirannya. Jika Mark tidak ingin pulang, maka Mark hanya akan merasa jijik jika dia berlutut dan mengemis padanya.Beritanya terus menyebar di internet, tapi Mark tidak pernah menganggapnya langsung. Dia bahkan menhyumbang pada sebuah sekolah dasar dimalam tahun baru.Arianne tidak sengaja menemukan berita terbaru saat dia sedang membolak-balik berita. Itu adalah foto dia yang diambil secara diam-diam saat dia di rumah sakit. Dia sedang berbaring di ranjang, terlihat pucat dan tak bernyawa. Isi beritanya mempertanyakan apakah dia dirawat dirumah sakit karena kekerasan rumah tangga dan apakah sikap lembut Mark hanyalah tipuan belaka. Saat dia mengingatnya, orang yang mengintipnya waktu itu lah pasti orang yang mengambil foto ini.Tanpa sengaja dia membantah tuduhan itu di kolom k
”Kau tidak akan datang jika kau benar-benar khawatir,” Ucap Mark dingin.Aery memasang wajah cemberut padanya. “Aww, ayolah.”Kepala pelayan Henry menatap pada Arianne. Lalu dia menghampiri dan menyapa Mark, “Tuan.”Mark lalu bertanya padanya, “Apakah kau sudah mengurus semuanya dirumah?”“Iya, mereka semua sudah di berikan penghargaan yang sesuai.” balas Henry.Mark mengeluarkan kartu dan memberikannya pada Henry. “Ini untukmu. Terimakasih untuk semua kerja kerasmu di tahun ini.”Mark melakukan ini setiap tahun, dia sangat murah hati pada pelayan-pelayannya. Henry menerimanya, “Itu sudah tugasku.”Makanan sudah disiapkan di meja. Mark duduk dimeja dengan Aery. Arianne menundukkan kepalanya berusaha untuk tidak menatap mereka. Mereka duduk tepat disebrangnya, rasanya dia seperti… orang asing di ruangan itu…“Orangtuaku pergi liburan ke luar negeri. Aku sangat bosan sendirian jadi aku kesini dengan Mark. aku harap kau tidak keberatan kak!” Aery dengan sengaja memamerkan cincin d
Hati Aery hancur. Dia tidak pernah melihat Mark terlihat serius dan menakutkan seperti ini.Dia hanya tidak bisa mengerti mengapa Arianne tidak ingin meninggalkan Mark walaupun dia tidak mencintainya. Atau kenapa Mark tidak memberikan restu saja pada Arianne dan Will walaupun dia terlihat tidak peduli dengannya. Apakah ini semua karena harga dirinya sebagai seorang pria? Kalau ini terus berlanjut, maka dia akan selamanya menjadi pacar rahasia Mark. dia ingin sekali menjadi nyonya Tremont. Arianne menjadi nyonya Tremont tanpa berusaha keras, tapi dia tidak menghargainya sama sekali. Aery tidak bisa menahan diri untuk tidak marah saat memikirkannya.Saat Mark sedang bekerja di ruang kerjanya, Aery mondar-mandir ke kamarnya untuk mandi. Dia lalu mengambil piyama satin Arianne dan memakainya. Terlihat seolah dia adalah nyonya di rumah itu, dia berjalan ke ruang tamu dan dengan angkuh memerintah Henry, “Pergilah siapkan kamar tamu.”Henry terdiam dan menoleh ke Arianne.Arianne dengan s
Arianne bangkit dan bergegas ke lantai atas, tetapi berhenti kembali saat dia berada di depan kamar Mark.Saat ia merasa bimbang, kepala pelayan Henry mendorong pintunya terbuka, tidak menyisakan waktu bagi Arianne untuk mempersiapkan dirinya.Spontan, dia mengalihkan pandangannya dari kamar itu. Bagaimana seharusnya dia bersikap jika dia melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat?“Tuan, nyonya sedang tidak enak badan, jadi dia perlu istirahat sekarang. Tolong pindahkan orang asing itu ke kamar tamu.” suara kepala pelayan Henry terdengar sopan, namun terkesan tegas.Mark sedang terduduk di kursi di samping jendela sembari merokok. Dia hanya melirik diam ke arah Arianne.“Siapa yang kau panggil orang asing?” Aery dengan sigap membalas. “Sayang ku Mark masih merokok. Jika kau merasa tidak enak badan, mengapa tidak kau yang tidur di kamar tamu, kak?”Arianne bungkam. Dia hanya melihat ke arah Mark.Kepala pelayan Henry menyenggol pelan Arianne masuk ke dalam kamar. Itu adalah
Mark menyalah artikan kebingungan Arianne sebagai ekspresi berharap. Kemarahan di matanya malah semakin menjadi-jadi. Dia mengepalkan tangannya sebelum diam-diam melepasnya kembali. Pada akhirnya, dia pergi dan membanting pintu di belakangnya.Saat mobilnya menjauh dari kediaman keluarga Tremont, Arianne duduk di lantai yang dingin dengan punggungnya bersandar pada sisi tempat tidur. Dia memeluk kakinya dan membenamkan wajahnya di antara lututnya. Mungkin cara itu akan mengurangi rasa kesendiriannya...Setelah tiga hari, Mary kembali. “Ari, mengapa tuan memilih untuk melakukan perjalanan bisnis pada Malam Tahun Baru? Tidakkah kau membujuknya untuk mengesampingkan pekerjaannya sedikit saja? Kau pasti merasa kesepian sekarang karena ditinggal sendirian.”Arianne terduduk di atas sofa dan tidak menjawabnya. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Ada sebuah pesan ucapan dari Eric, dan sejumlah bonus akhir tahun tercantum di bawahnya. Arianne tidak menerima uang itu. Dia hanya membalasnya den
Sebelum dia dapat menyadarinya, Mark menyergap maju dan mencium bibirnya. “Aku tidak akan membiarkannya. Kau tidak bisa pergi! Kau tidak bisa menghilang dari pandanganku!” Dia berbisik dengan suara serak, sambil menciumnya.Arianne ingin menjelaskan bahwa dia hanya pergi keluar untuk bersantai dan menikmati pameran karya seni, tetapi Mark tidak memberinya kesempatan.Dia dapat melihat bahwa Mark sedang sakit, dan cukup keras juga.Pikirannya sedikit kacau. Dengan dirinya menekannya, Arianne tidak dapat memberi perlawanan. Lalu, tepat saat dia merasa tercekik, Mark akhirnya berpindah menciumi lehernya...Dia terkesiap, nafasnya menjadi tidak stabil. “Mark… Kau sakit, ayo pergi ke rumah sakit… Hentikanlah…”Dia mengabaikannya seakan tidak mendengarnya sama sekali.Pikiran Arianne kacau. Pada akhirnya, dia tidak melepaskannya… Akankah dia merasa jijik padanya saat sudah tidak mabuk?Dia akhirnya terlelap setelah badai berakhir, masih terbaring diatas Arianne...Arianne merasa sang
Arianne pergi tidur, menahan semua ketidaknyamanan yang ia rasakan. Dia meraih pakaiannya dan bergegas ke kamar mandi untuk berganti. Saat ia keluar, Mark telah selesai berkemas dan menunggu di depan pintu.Tatapannya mengerut ketika ia menyadari langkah kaki Arianne yang tidak biasa. Ekspresinya berubah dingin juga, dan pikirannya tidak dapat ditebak.Arianne terus-menerus tertidur di atas pesawat tetapi segan menyentuh Mark jika dia jatuh tertidur. Dia bisa melihat bahwa suasana hati Mark sedang buruk. Dia tidak mempertanyakan pada Arianne tentang kepergian tanpa izinnya ke Ayashe.Setelah kepulangannya ke kediaman keluarga Tremont, Mark bergegas kembali ke kamarnya untuk mandi. “Kapan dia pulang?” Arianne bertanya pelan pada Mary.Mary menatap kosong ke arahnya. “Tuan tidak pernah pulang sama sekali. Dia baru datang hari ini.”Arianne merasa sedikit kesal. Dia tidak seharusnya memberitahu Eric tentang keinginannya untuk mengundurkan diri. Dia pasti membocorkan informasi itu. Di