Mark menyalah artikan kebingungan Arianne sebagai ekspresi berharap. Kemarahan di matanya malah semakin menjadi-jadi. Dia mengepalkan tangannya sebelum diam-diam melepasnya kembali. Pada akhirnya, dia pergi dan membanting pintu di belakangnya.Saat mobilnya menjauh dari kediaman keluarga Tremont, Arianne duduk di lantai yang dingin dengan punggungnya bersandar pada sisi tempat tidur. Dia memeluk kakinya dan membenamkan wajahnya di antara lututnya. Mungkin cara itu akan mengurangi rasa kesendiriannya...Setelah tiga hari, Mary kembali. “Ari, mengapa tuan memilih untuk melakukan perjalanan bisnis pada Malam Tahun Baru? Tidakkah kau membujuknya untuk mengesampingkan pekerjaannya sedikit saja? Kau pasti merasa kesepian sekarang karena ditinggal sendirian.”Arianne terduduk di atas sofa dan tidak menjawabnya. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Ada sebuah pesan ucapan dari Eric, dan sejumlah bonus akhir tahun tercantum di bawahnya. Arianne tidak menerima uang itu. Dia hanya membalasnya den
Sebelum dia dapat menyadarinya, Mark menyergap maju dan mencium bibirnya. “Aku tidak akan membiarkannya. Kau tidak bisa pergi! Kau tidak bisa menghilang dari pandanganku!” Dia berbisik dengan suara serak, sambil menciumnya.Arianne ingin menjelaskan bahwa dia hanya pergi keluar untuk bersantai dan menikmati pameran karya seni, tetapi Mark tidak memberinya kesempatan.Dia dapat melihat bahwa Mark sedang sakit, dan cukup keras juga.Pikirannya sedikit kacau. Dengan dirinya menekannya, Arianne tidak dapat memberi perlawanan. Lalu, tepat saat dia merasa tercekik, Mark akhirnya berpindah menciumi lehernya...Dia terkesiap, nafasnya menjadi tidak stabil. “Mark… Kau sakit, ayo pergi ke rumah sakit… Hentikanlah…”Dia mengabaikannya seakan tidak mendengarnya sama sekali.Pikiran Arianne kacau. Pada akhirnya, dia tidak melepaskannya… Akankah dia merasa jijik padanya saat sudah tidak mabuk?Dia akhirnya terlelap setelah badai berakhir, masih terbaring diatas Arianne...Arianne merasa sang
Arianne pergi tidur, menahan semua ketidaknyamanan yang ia rasakan. Dia meraih pakaiannya dan bergegas ke kamar mandi untuk berganti. Saat ia keluar, Mark telah selesai berkemas dan menunggu di depan pintu.Tatapannya mengerut ketika ia menyadari langkah kaki Arianne yang tidak biasa. Ekspresinya berubah dingin juga, dan pikirannya tidak dapat ditebak.Arianne terus-menerus tertidur di atas pesawat tetapi segan menyentuh Mark jika dia jatuh tertidur. Dia bisa melihat bahwa suasana hati Mark sedang buruk. Dia tidak mempertanyakan pada Arianne tentang kepergian tanpa izinnya ke Ayashe.Setelah kepulangannya ke kediaman keluarga Tremont, Mark bergegas kembali ke kamarnya untuk mandi. “Kapan dia pulang?” Arianne bertanya pelan pada Mary.Mary menatap kosong ke arahnya. “Tuan tidak pernah pulang sama sekali. Dia baru datang hari ini.”Arianne merasa sedikit kesal. Dia tidak seharusnya memberitahu Eric tentang keinginannya untuk mengundurkan diri. Dia pasti membocorkan informasi itu. Di
Dia melepaskan jaketnya dan mencuci tangannya sebelum kembali ke kamar tidur. Dia bahkan menciumi tubuhnya untuk mengecek apakah apakah masih ada bau cat di tubuhnya, takut jika dia akan membencinya karena itu.Kehati-hatiannya telah terlatih sejak dia berusia delapan tahun.Aroma kuat dari tembakau menyambutnya ketika dia membuka pintu. “Apa itu?” dia bertanya dengan bermuka masam.Mark berdiri di depan jendela, melihat keluar ke arah salju. Jas rapi berwarna abu-abu muda tampak pas sekali di tubuh tinggi dan rampingnya. Bahkan punggungnya tampak menarik. “Perusahaan ku akan menyelenggarakan peragaan busana pada pukul enam malam ini. Busana rancanganmu akan tampil di sana. Pergilah jika kau suka.”Rancangannya? Satu-satunya pekerjaan yang dia lakukan adalah rancangan gaun pengantin yang dikritik, bukan? Hasil produk akhirnya sepertinya dirilis telah cepat. “Aku akan segera ke sana,” Arianne menjawab dengan riang.Dia tidak banyak bicara. Dia mengangkat tangannya, menempelkannya d
Arianne sepertinya tidak menyadari kalau dia sedang diawasi. Dia dikelilingi oleh banyak orang yang terengah-engah dan pujian, dia dia merasa seperti telinganya akan mengembang karena itu. Peragaan busana pengantin dilakukan pada segmen terakhir peragaan busana. Dia membutuhkan waktu dua belas menit untuk mempersiapkan dirinya dan menunggu desainernya untuk muncul di catwalk. Walaupun dia bukan bagian dari proses pembuatan gaunnya, tetap saja dia dianggap sebagai “Ibu kandung” karena dia yang mendesain sketsa gaun itu.”Menit dan detik berlalu, dan pertunjukannya hampir berakhir. Dia mulai merasa skeptis; desainnya tidak mungkin dimasukkan dalam bagian akhir kan? Lagipula dia bukan bagian dari perusahaan Mark Tremont. Namun, jika desainnya tidak muncul di bagian akhir, apakah itu berarti Mark hanya mempermainkannya saja?Tiba-tiba, alunan musiknya berubah dari tempo yang ritmis menjadi nada yang merdu. Sosok tinggi, langsing dan dengan kulit yang mulus mengenakan gaun putih perlahan
Ponsel Arianne menerima banyak pesan sejak Tiffany keluar. Saat mereka berdua sedang dalam pembicaraan serius lewat pesan singkat, Mark tiba-tiba berkata, “Fokuslah pada makananmu.”Arianne langsung mengirim emoji ‘ssshh’ pada Tiffany dan meletakkan ponselnya. Dia mengambil alat makannya dan dengan patuh memakan makananya. Gerakannya sangat pelan, sangat sama dengan bagaimana waktu dia bersikap saat dia masih kecil saat Mark memarahinya pada waktu makan atau saat dia sedang bermain dengan mainannya.Mark agak terpesona dengan sikapnya... kenangan masa lalunya dengan Arianne tampaknya hanya dipenuhi dengan kebencian…Arianne menyadari tatapan Mark dan menjadi penasaran. “Ada apa…?”Mark berpaling dan menuangkan segelas wine untuknya.Arianne terkejut. Mark tidak pernah minum wine dengannya sebelumnya…Setelah sempat ragu beberapa saat, dia mendentingkan gelasnya pada gelas Mark.Saat Arianne sedang minum winenya, Mark tiba-tiba bertanya, “Apa kau tahu ini hari apa?”Belajar dari
Saat mereka akhirnya tiba di kediaman Tremont, Arianne menggantungkan badannya pada Mark Tremont. Setelah melihat ini, Mary dengan cepat menyiapkan handuk hangat dan mengikuti mereka keatas. Dia tidak bisa menahannya dan bertanya, “Bagaimana ini bisa terjadi? Nyonya sangat lemah kalau urusan alkohol…”Mark Tremont tidak mengatakan apa-apa. Mary memberikan handuk hangat padanya. “Tuan, aku akan mempercayakan nyonya padamu. Aku akan kebawah sekarang.”Mark mengangguk dan perlahan mengelap wajah Arianne. Arianne mengangkat kepalanya agar Mark bisa menyeka nya. “Seka yang bersih…. Dia tidak suka kotor… cepat!”Tangan Mark Tremont berhenti sesaat lalu bibirnya tersenyum.Lalu Arianne mendorongnya. “Itu tidak akan cukup.. Aku harus menghapus riasan di wajahku…” untungnya dia masih ingat kalau dia masih memiliki riasan wajah di wajahnya.Arianne yang sedang mabuk ini tidak membiarkan Mark membantunya, jadi dia hanya mengikutinya dari belakang dan memandanginya sampai dia selesai. Saat di
Mark Tremont masih tidak terlihat, padahal hari sudah sore, maka Arianne pergi keluar untuk membeli alat lukis dan mengajak Tiffany untuk bertemu.Mereka berdua sudah lama tidak pergi bersama sejak kejadian di hotel. Arianne tidak mau persahabatannya berantakan karena hal itu.Mereka bertemu di sebuah kafe. Saat Tiffany datang sendiri, Arianne agak penasaran. “Kenapa kau tidak datang bersama Ethan?”Tiffany menghela nafas. “Bagaimana mungkin aku masih membiarkannya pergi bersamaku untuk bertemu denganmu setelah kejadian yang menghebohkan internet waktu itu? Sudah lama sekali aku ingin menemuimu, tapi ayahku menyuruhku untuk tidak bertemu denganmu dulu karena khawatir kalau-kalau hal ini menjadi lebih buruk. Maka dari itu, aku tidak ada pilihan lain selain berdiam diri dirumah. Biar bagaimanapun, orang-orang itu benar-benar konyol. Mereka secara asal membuat-buat cerita, jahat sekali!”Merasa kalau akan lebih baik jika dia menjelaskan pada Tiffany, maka Arianne berkata, “Tiffie, mem