Arianne menawarkan bubur pada Mark. “Ini, makanlah bubur ini. Ini sangat bagus untuk pencernaanmu.”Mark tidak menoleh padanya. “Keluarlah.”Arianne tidak bergerak. “Paman Henry sedang berkemas sekarang. Apakah benar-benar tidak ada jalan keluar untuk hal ini?”Mark memijat dahinya, dan suaranya terdengar tidak sabaran. “Jangan membuatku mengulangi perkataanku.”Arianne terdiam tapi dia masih belum meninggalkan kamar.Mark mengabaikannya dan bangkit untuk mengganti pakaiannya. lalu Arianne berkata. “Mark, kasus yang menyandung keluarga Tiffany masih belum selesai juga. Orang yang mencuri bahan perhiasannya sudah mati, dan tidak mungkin bahan-bahannya bisa diperbaiki lagi. Tiffie sangat sedih akan hal ini. Aku hanya keluar untuk menenangkannya! Akulah yang memaksa untuk pergi. Ini tidak ada hubungannya dengan paman Henry! Kau bisa marahi aku saja.”Mark mengenakan jas dan jam tangannya, lalu dengan santai memandang jam tangannya. “Aku akan memberimu waktu dua menit, jika kau gagal
Mark Tremont sedang menegosiasikan sebuah kontrak dengan rekan bisnis nya melalui telepon saat dia merasa terganggu oleh deringan ponselnya. Dia merasa kesal, lalu mematikan ponselnya tanpa melihat layarnya terlebih dulu.Barulah setelah kontraknya ditandatangani dan dia sudah kembali ke hotel, dia menyalakan ponselnya lagi. Ekspresinya menjadi serius saat dia menyadari kalau telepon tadi adalah dari Arianne. Arianne biasanya tidak pernah menelponnya.Dia menelpon balik. Setelah menunggu lama, tiba-tiba suara operator terdengar. “Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, mohon coba lagi nanti.”Mark menelpon ke kediaman Tremont. Dan teleponnya dijawab oleh Mary. Setelah tersambung dia langsung bertanya, “Dimana Arianne?”Mary melirik ke lantai atas dan menjawab. “Nyonya sedang tidak merasa sehat. Lampu di kamarnya menyala sepanjang malam semalam, jadi aku rasa dia sedang tidur sekarang.”Mark menghela nafas lega. “Katakan padanya untuk menelponku saat dia bangun.”Ponselny
Aery sudah merasa depresi. Jadi saat dia menyadari Helen membela Arianne, amarahnya meledak. “Waktu itu kau menamparku, itu karena dia, dan kau juga melarangku untuk memarahinya. Kasarnya, dia hanyalah sebuah sampah yang sudah kau buang. Dia tidak terhitung sebagai putrimu. Kenapa kau sangat membelanya? Apakah karena kau merasa bersalah? Kau merasa bersalah karena tidak pernah memenuhi kewajibanmu sebagai seorang ibu untuknya? Jadi apa arti kemunafikan ini?”Ekspresi Helen tenggelam. “Aery Kinsey, jika aku mendengarmu mengatakan hal seperti itu lagi, aku akan tidak menganggapmu lagi!”Ini bukanlah poertama kalinnya mereka berdebat soal Arianne. Aery tidak mau berdebat dengan ibunya lagi. “Baiklah. Aku bukan anakmu. Dialah anakmu! Apa kau senang?”Helen berbalik dan pergi dengan wajah yang muram, lalu mengunci Aery dikamarnya. “Kau akan dikunci di dalam sampai kau sudah tenang. Jangan membuat masalah lagi untukku!”…Saat Arianne bangun, hari sudah malam. Mary, melihat Arianne yang
Setengah jam kemudian, Mark akhirnya keluar dengan tuan Yates dan sekeretarisnya juga Brian.Arianne berdiri didepan mobil dan tidak menghampiri mereka. Dia menunggu hingga Mark dan Brian berpisah dengan tuan Yates. Barulah dia berjalan ke arah mereka.Mark terkejut saat dia melihat Arianne. “Sejak kapan kau ada disini?” tanya nya dengan santai.Dia memasukan tangannya ke sakunya. “Aku baru saja tiba. Tepat saat kau keluar.”Pipinya memerah karena kedinginan. Mark tidak buta. Dia tidak mempercayai perkataanya. “Masuklah ke mobil. Kita akan ke hotel dulu.”Hal pertama yang Mark lakukan saat tiba di hotel adalah Mandi. Arianne memanfaatkan momen ini untuk berpikir bagaimana cara terbaik untuk membahas masalah ini dengannya. Pintu kamar mandi terbuka sebelum dia menemukan cara, Mark menyalakan rokoknya dan mengenakan jas mandinya, lalu menghisap rokoknya dua kali sebelum mematikannya. “Jadi ada masalah apa?”Arianne merasa gugup dan wajahnya memerah.Mark mengambil jam tangannya da
Apa yang dia maksud dengan “Aku tahu apa yang harus dilakukan”? Arianne curiga kalau dia sedang ‘menyalakan mesinnya’ tapi ekspresi tegas di wajahnya seolah memberitahunya kalau bukanlah itu alasannya… Sebagai gantinya, dia mulai berpikir kalau ada yang salah dengan pikirannya sendiri.Mark tertidur tidak lama setelah dia berbaring; mungkin dia kelelahan.Arianne perlahan berbaring di sisi ranjang setelah mandi. Dia tidak bisa tidur dan takut kalau dia akan terlalu banyak bergerak dan membangunkan Mark.Tiba-tiba ponsel Mark berdering. Ponselnya kebetulan ada di meja disampingnya. Dia bangun dan melirik pada ponsel itu. Layar ponselnya menunjukan pesan: ‘Mark sayangku, apa kau sudah tidur? Aku sudah salah, aku merindukanmu. Bisakah kau datang…’Dia tidak bisa melihat lanjutan pesannya, tapi dia sudah bisa menebaknya--- Aaery ingin menemuinya!Jika dia harus membuat perbedaan, kebenciannya pada Mark bisa di bilang lebih sedikit dibanding kebenciannya pada Aery dan Helen yang besarn
Tubuh Arianne menegang. Hal seperti ini membuatnya ketakutan. “Aku bisa tidur. Hanya saja aku terlalu banyak tidur siang tadi. Kau tidurlah, aku tidak akan mengganggumu…” Mark tidak menjawab, dan tangannya tidak merabanyanya lagi. Arianne menghela nafas lega dan menatap kosong pada langit-langit. Tanpa dia tahu, Mark masih belum tidur juga, matanya sangat segar, tidak seperti tadi saat dia baru saja bangun…Keesokan harinya.Arianne bangun dari mimpi buruknya dengan penuh keringat. Penghangat ruangan di kamar itu terlalu hangat, dan dia tidak terbiasa dengan itu. Dia bangun dan menurunkan suhu penghangatnya. Langit diluar mulai terlihat terang, tapi Mark masih tidur…Dia lalu duduk sofa yang ada di depan ranjang, membuka ponselnya dan membaca berita, pabrik keluarga Tiffany tumbang semalam. Berita dibanjiri dengan laporan tentang kebangkrutan pabrik pengolahan perhiasan terbaik ketiga di ibu kota itu. Mereka bahkan telah menerbitkan jumlah pasti dari hutang mereka yang terbilang c
Mark kelihatan tidak terlalu sibuk siang ini, maka dia tidak pergi keluar dan hanya duduk disofa sambil mengerjakan sesuatu di laptopnya.Arianne tanpa henti menguap. Lalu dia mencoba mencari topik pembicaraan dengan Mark agar dia bisa tetap terjaga. Lalu, dia kembali membahas hal yang tadi Charles katakan. “Apakah kau benar-benar memiliki adik laki-laki?”Tangan Mark membeku. Raut wajahnya menjadi suram. “Apa menurutmu itu mungkin? Kalau itu benar, dia pasti sudah akan mengetuk pintu rumahku dan meminta bagian dari warisan yang ditinggalkan orang tuaku sejak dulu.”Setelah mendengar jawaban Mark, Arianne langsung menutup mulutnya. Sekarang dia merasa takut untuk mengatakan apapun. Rasa kantuk perlahan mulai memenuhinya lagi lalu tiba-tiba ponselnya berdering dan ada pesan masuk berbunyi, ‘Aku di kota Jolague’.Jolague ada kota dimana Mark dam Arianne berada sekarang. Siapa yang mengirim pesan itu? Bagaimana orang itu tahu kalau dia ada disini?Jantungnya berdebar kencang. Setelah
Dia cukup baik. Setidaknya tidak ada yang bisa menemukan kelemahannya.” Arianne menundukan kepalanya saat dia mengatakan itu.“Benar… semua orang berpikir kalau dia sempurna, tapi aku berharap kalau dia benar-benar memperlakukanmu dengan baik juga.” Arianne semakin menundukan kepalanya saat dia merasakan kesedihan dalam kata-kata Will.Dia merasa kalau topik pembicaraan yang ini terasa berat, maka dia mencoba mengalihkan pembicaraan. “Apa kau sudah tahu tentang apa yang terjadi pada keluarga Tiffie? Aku tidak bisa melakukan apa-apa…”Will mengangguk. “Ya, aku tahu, aku juga tidak bisa melakukan apa-apa. Jumlah hutang mereka sangat besar. Semua harta benda mereka akan disita dalam setengah bulan untuk membayarkan hutang mereka. Jika hutang bank dan lainnya sudah terbayar maka satu-satunya hutang mereka yang tersisa adalah.. hutang mereka pada Mark Tremont. Perkiraanku mereka setidaknya memiliki hutang sebesar satu juta dolar lagi yang mereka tak akan sanggup bayar. Itu semua tergantu