Bab 156. Firasat

Seketika, menyeruak aroma tubuhnya di penciumanku. Ya, aroma yang sangat aku hafal dari mana datangnya.

“Mas Suma ….” Kata itu yang sempat terlontar dari mulut ini sebelum pandanganku menggelap dengan sempurna.

***

Aku melihat Mas Suma di antara tingginya ilalang yang bergerak tertiup angin, menghalangi pandangan mataku. Seperti biasa sosok yang sangat aku kenal ini memasukkan kedua tangan ke saku celana dengan posisi membelakangiku.

Dengan menyibak halangan langkah ini, aku berusaha mendekatinya. Namun entah kenapa, semakin aku mendekat, jarak kami semakin jauh. Perih kaki dan tangan ini terkena goresan daun ilalang yang tajam. Semakin kaki ini berusaha mendekat, semakin tenagaku seakan terkuras habis.

Aku harus memanggilnya supaya dia yang mendekatiku seperti yang biasa dia lakukan. Ada di sampingku selalu dan menggangu, bahkan terkadangmembuat hati ini kesal.

“Mas Suma! Mas Suma!” Teriakanku seperti lenyap begitu saja oleh angin. Terbang dan hilang tanpa sempat menyapa pendengaran
Continue to read this book on the App

Related Chapters

Latest Chapter