Bab 290. Kabar

Tatapanku tidak terlepas dari Pak Tiok. Ekspresinya yang berubah-ubah membuatku mengerutkan dahi. Setiap aku menunjukkan pertanyaan, dia hanya mengangkat tangan menandakan aku disuruh diam. Maksudnya apa?

Sekarang, justru dia keluar dari ruangan. Masih dengan ponsel di tangan, dia jalan mondar-mandir sambil berbincang. Aku yang berusaha mencuri dengar, tidak menangkap apapun. Akhirnya menyerah, memilih duduk seraya memeriksa pesan yang masuk dari Desi sekretaris.

Laporan dari perusahaan menandakan semua karyawan mendengarkan yang aku katakan. Sebenarnya mereka sudah mempunyai kemampuan sesuai bidang yang ditempati. Sebagai pemimpin hanya sebagai penggerak dan memotivasi mereka, tentu saja tetap di dalam pengawasan.

Ini sesapan terakhir kopi yang sudah tidak hangat lagi. Begitu lama, akhirnya Pak Tiok memunculkan wajahnya. Tidak ada gambaran gembira, tetapi juga tidak ada raut kesedian. Entah, apa yang akan dia katakan.

“Pak Tiok. Bagaimana?” tanyaku dengan menunjukkan raut wajah menun
Continue to read this book on the App

Related Chapters

Latest Chapter