Chapter 19.

Seiring langkah sosok siluet itu menuju titik keberadaan enam penyihir, kabut-kabut ungu kehitaman membuat makhluk hidup di sekelilingnya layu. Mati hanya dalam hitungan detik. Hutan yang sudah hampir mati tak bernyawa, kini semakin menjadi hitam pekat.

Pepohonan seketika membengkok karena ranting-rantingnya tidak bernyawa. Akar-akarnya seakan kaku, makhluk-makhluk melolong kesakitan sebab jiwa mereka dicabut paksa.

Tanda-tanda seperti ini… keenam penyihir sudah bisa mengetahui siapa yang datang.

"Sang Bayang Hitam," lirih Narvi, memandang khawatir sosok siluet yang disembunyikan kabut pekat.

Aslyn menggeram kesal. Dia menjulurkan Agyss merah miliknya ke arah sosok siluet itu.

"Mavesto Ila—ah!" Aslyn langsung terlempar ke samping, menghantam batang pohon besar yang sudah mati.

"Aslyn!" Narvi dan Maggni berseru serempak.

Aslyn mengerang memegang dadanya. Serangan sihir kabut yang tiba-tiba melesat cepat seakan menusuk dadanya. Sekuat mungkin Aslyn mencengkeram bola kekuatan Agys
Continue to read this book on the App

Related Chapters

Latest Chapter