Ada dua hal di daftar paling atas hal yang amat dibenci Aleena: (1) Terlambat Bangun, (2) Bertemu Azka.Hari ini sial sekali. Ia terbangun pukul tujuh kurang lima belas menit, sedangkan mata kuliahnya dimulai pukul tujuh tepat.Maka di sinilah Aleena, berlari tergesa-gesa membawa tas ransel seraya membenahi almamater di tubuh. Kepanikan begitu kentara dari pancaran raut wajah dan sorot mata perempuan itu. Napasnya sudah terengah-engah ketika berhenti di pinggir jalan hendak menyebrang.Tatapan Aleena pasrah saat memandang lalu lintas hari ini padat sekali. Ia berkacak pinggang seraya mendesis panjang."Sshh... sial. Kenapa harus ramai sekali, sih?"Aleena menunggu dengan gelisah sambil mengetuk-ngetukkan alas sepatu ke aspal. Tatapannya was-was mencari celah menyebrang."Ayo dong, cepet... cepet... nanti terlambat." Berulang kali bibir Aleena menggumamkan rapalan doa. Semakin melihat kendaraan begitu padat hingga tidak ada celah untuk menyebrang, Aleena menengok jam di pergelangan ta
"Aleen—AW! ASTAGA!"Aleena hampir menganga setelah melayangkan tendangan ke seseorang di samping. Rupanya seseorang yang menciptakan suara ketukan langkah lain dari belakang adalah Azka. Aleena memandang bingung Azka yang mengelus tulang kakinya bekas tendangan Aleena. Karena kekesalannya memuncak, lantas Aleena menggeplak pundak Azka."Sialan kamu, Azka! Kenapa sih harus kayak tadi, ha?! Kamu pikir itu lucu? Menyenangkan ya bikin orang lain takut?"Bagaimana Aleena tidak kesal kalau Azka tiba-tiba muncul di sela suasana sunyi lorong koridor ini. Aleena sedang berjalan sendirian, seharusnya Azka tidak mengejutkannya seperti itu!Di sampingnya, Azka meringis. "Aduh, tenaga sumo...""Apa?!" Aleena meninggikan suara. "Makanya jangan macam-macam! Tanganmu itu loh gatal sekali ke leherku!"Menegakkan tubuh, Azka berdecak. "Iya, iya, maaf. Namanya juga iseng."Aleena mendecak. "Namanya juga iseng," cibirnya mengulang jawaban Azka. Pandangannya beralih ke depan, ia merasa sedikit lebih ten
Aleena membuang napas kasar untuk kesekian kalinya.Suara erangan Aleena keluar bersamaan tubuhnya ditegakkan dengan kedua tangan diangkat ke udara, merenggangkan otot-otot. Bunyi tulang sempat membuat tersentak terkejut. Rasa pegal di pinggang sepertinya sungguh sudah melewati batas. Sepulang dari kampus, ia langsung mengerjakan tugas-tugas dari Prof. Kim yang sungguh kelewat tidak punya nurani."Ah... sudahlah. Nggak usah pikirin apa-apa." Perempuan itu menggumam sambil menggelengkan kepala.Dalam kondisi mata terpejam, Aleena mencoba menjernihkan pikiran. Selama beberapa saat itu ia mengatur ritme napas serta detak jantung. Aleena membiarkan perasaan lega mengalir menjalarkan ketenangan. Beban di dadanya seolah menguap hitungan sekejap.Kalau begini, kan, Aleena bisa tertidur nyenyak.Ting.Pandangan Aleena menengok ke layar ponsel yang menyala, lalu sedikit melonjongkan leher untuk mengecek tampilan pada layar. Sebuah notifikasi pesan muncul menampakkan diri.Aleena mengerutkan k
-----"I heard that there is a connection between the female student's death two days ago and the rumors of a secret business."The conversation starter sentence from Jena piqued Aleena's curiosity, who had been watching three Polaroid photos.Jena, who had just sat down after ordering food, asked through a glance at the object Aleena was holding, then was answered by shaking her head."What secret business?" Aleena diverted the subject.Luckily Jena didn't extend her astonishment. He replied, “No one knows for sure. He said the secret business was a website managed by a group of people. My guess is, if there is a relationship with a secret business through a website, it means that the website is not a playful business.”"Who is the group of people managing it?""No one knows.""If the website itself is that secret, it means that the group of people who manage it is also a secret," said Aleena.His mind began to drift imagining the image of a website and its organization. "What if the
[PART 5]Kelas mata kuliah terakhir sudah selesai.Sejak ditunjukkan rekaman CCTV oleh Azka, Aleena memutuskan untuk membuat mind-mapping(¹) secara diam-diam. Di kepalanya sudah tersusun rencana untuk mendatangi lokasi yang berada dalam rekaman CCTV. Aleena sungguh-sungguh tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya. Sosok pria misterius yang mengikuti dirinya dan Azka dua malam kemarin membayangi pikiran Aleena.Mengapa pria itu mengikuti mereka?Aleena tidak merasa mengganggu siapa pun. Kalaupun memang seseorang itu berniat macam-macam, mengapa langkahnya ragu-ragu saat ingin mendekati ruangan persembunyian Aleena dan Azka?Kalau saja keberadaan si pria misterius itu tidak tertangkap kamera CCTV, maka Aleena tidak akan ingin menelusuri. Masalahnya, Aleena merasa kalau pria misterius itu ada keterkaitan dengan foto-foto yang ditemukan di dalam kotak.Bayangkan. Tiga foto polaroid dari salah satu kotak yang dikirimkan entah siapa menunjukkan wilayah Fakultas Kedokteran. Sementara pria
[PART 5]Kelas mata kuliah terakhir sudah selesai.Sejak ditunjukkan rekaman CCTV oleh Azka, Aleena memutuskan untuk membuat mind-mapping(¹) secara diam-diam. Di kepalanya sudah tersusun rencana untuk mendatangi lokasi yang berada dalam rekaman CCTV. Aleena sungguh-sungguh tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya. Sosok pria misterius yang mengikuti dirinya dan Azka dua malam kemarin membayangi pikiran Aleena.Mengapa pria itu mengikuti mereka?Aleena tidak merasa mengganggu siapa pun. Kalaupun memang seseorang itu berniat macam-macam, mengapa langkahnya ragu-ragu saat ingin mendekati ruangan persembunyian Aleena dan Azka?Kalau saja keberadaan si pria misterius itu tidak tertangkap kamera CCTV, maka Aleena tidak akan ingin menelusuri. Masalahnya, Aleena merasa kalau pria misterius itu ada keterkaitan dengan foto-foto yang ditemukan di dalam kotak.Bayangkan. Tiga foto polaroid dari salah satu kotak yang dikirimkan entah siapa menunjukkan wilayah Fakultas Kedokteran. Sementara pria
[VERSI INGGRIS PART 2] The atmosphere between the two of them was suddenly silent. Between laughter and other conversations, Andre and Aleena only glanced at each other. Seeing the sharpness in Aleena's eyes provoked the corners of Andre's lips to smile crookedly."And it looked like there was a plastic bag that was positioned slightly at an angle compared to the other two plastic bags, as if the bag had just been leaned against something and it had already been taken."Andrew hasn't answered yet. His eyes seemed to want to hear more Aleena's sentence.“If it's trash, it should be taken all of it. Why wasn't all of them taken and ... the position of the plastic bag that was a little crooked seemed to have been taken in a hurry?” Aleena raised both eyebrows at this question.This is weird.Aleena herself didn't know why her mind was thinking about that question. Even though the distance between him and the plastic bag there was not that close for him to be able to deduce what he had j
[VERSI INGGRIS PART 2] The atmosphere between the two of them was suddenly silent. Between laughter and other conversations, Andre and Aleena only glanced at each other. Seeing the sharpness in Aleena's eyes provoked the corners of Andre's lips to smile crookedly."And it looked like there was a plastic bag that was positioned slightly at an angle compared to the other two plastic bags, as if the bag had just been leaned against something and it had already been taken."Andrew hasn't answered yet. His eyes seemed to want to hear more Aleena's sentence.“If it's trash, it should be taken all of it. Why wasn't all of them taken and ... the position of the plastic bag that was a little crooked seemed to have been taken in a hurry?” Aleena raised both eyebrows at this question.This is weird.Aleena herself didn't know why her mind was thinking about that question. Even though the distance between him and the plastic bag there was not that close for him to be able to deduce what he had j