Bab 320. Yang Tersingkir
“Amel kan tidak mau jadi perawan tua,” celetuk Amel saat kami berbincang berdua.Seperti menyerahkan panggung, suamiku itu langsung masuk kamar meninggalkan kami berdua. Sengaja aku mengambil dua potong cake coklat untuk kami berdua, dan dua coklat panas yang mengeluarkan uap menenangkan. Aku ingin menggali apa yang ada di kepala anak gadisku ini.“Kak Amel sebenarnya ingin jauh dari rumah, untuk mencapai apa yang diinginkan kemarin, atau … karena di rumah merasa terkekang?” Mata ini menatapnya lekat. Mencari tahu apa yang sebenarnya.“Karena cita-cita Amel, lah, Ma. Tapi, kalau nanti ketemu jodoh, masak ditolak?” ucapnya sambil menangkup mug-cangkir besar-dengan minuman coklat yang mulai menghangat.Dia menyesap sedikit, kemudian melanjutkan bicara. “Amel kan ingin juga seperti di cerita-cerita atau di lagu-lagu. Jatuh cinta dan pacaran. Memang tidak boleh ya, Ma?”Aku menunjukkan senyuman dan mengusap lembut rambutnya. Gadis kecil yang dulu aku dapati, menjelma menjadi remaja yang b
Read more