Bagian 6
Author: Dewi Mega
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Alan mematikan teleponnya ketika melihat Rima masih mematung di sana, menatap dirinya dengan sejuta curiga.

 

"Aku mau mengambil bajuku, maaf kalau mengganggu aktivitasmu," ucap Rima kemudian masuk dan langsung berjalan ke arah lemari, lalu mengambil beberapa pakaian.

 

"Aku hanya menelpon Gayatri dan menanyakan tentang pekerjaan."

 

"Aku tidak bertanya," jawab Rima.

 

"Tapi aku tahu kamu sedang curiga."

 

Rima menghentikan aktivitasnya, kemudian membalikkan badan dan dengan sinis menatap Alan.

 

"Rasa cemburuku sudah hilang ketika satu kenyataan akhirnya aku tahu. Satu hal saja yang aku sayangkan, kenapa aku begitu bodoh tak bisa membedakan mana orang yang sedang jujur atau berpura-pura."

 

Ia kembali membalikkan badan, tapi Alan menahannya dengan membawa memegang tangan Rima.

 

"Aku tidak pernah mengkhianati pernikahan kita, Rima?"

 

"Oh? Sungguh? Benarkah? Ingin sekali aku percaya."

 

Alan melepaskan pegangan tangannya, kemudian menatap Rima tajam, sementara Rima membuang muka, enggan menatap suaminya, tak ingin melihat matanya yang indah, yang selalu membuatnya jatuh cinta berkali-kali. Alan memang satu-satunya laki-laki yang membuatnya terpana hanya dengan sedikit senyumnya saja yang jarang.

 

"Apa saat di ranjang pun imajinasimu pada Gayatri?" tanya Rima pelan tanpa melihat ke arah suaminya.

 

"Pertanyaan gila macam apa itu?" Alan tersenyum kesal.

 

"Kamu hanya tinggal menjawabnya saja! Karena sampai saat ini pun kamu tidak mencintaiku bukan?"

 

"Kamu makin tidak karuan." Alan membuang napas kasar. "Baiklah, mari kita memberi ruang pada masing-masing, lalu setelah itu mari putuskan bersama kemana rumah tangga kita akan dibawa." 

 

Setelah itu Alan keluar dari kamar, pergi ke ruangan kerjanya dan menyibukkan diri dan menetralkan segala pikiran yang berkecamuk. Sementara Rima duduk di samping ranjang, mengambil napas panjang dan merasakan sesaknya sendiri. Ia masih dalam tahap begitu patah hati, begitu terluka, tiga tahun ini ia rasakan cukup indah. 

 

Tak pernah sedikitpun terpikir bila hati suaminya bukan untuk dirinya. Karena pada setiap kebersamaan dan kesempatan, Alan tak pernah jauh. Bahkan ketika libur bekerja, ia selalu ada di rumah, tak jarang memasakkan dirinya makanan kesukaan, meski dengan raut dingin yang selalu berhasil membuat Rima gemas.

 

Ponsel di tangannya bergetar, membuyarkan lamunan. Sebuah pesan dari Gayatri yang tidak ia buka, tapi terbaca.

 

[Rim, aku mau tanya. Sebetulnya ini dari kemarin, apa aku ada salah sehingga membuatmu berbeda? Atau kamu sedang ada masalah dengan Mas Alan?]

 

Rima beranjak tanpa peduli pada pesan itu, kemudian ia meninggalkan kamar seraya membawa beberapa baju, sekilas terlihat Alan di ruangan sebrang kamarnya sedang berjibaku dengan laptop, seperti biasanya.

 

 

***

 

.

 

.

 

Rintik hujan yang seolah m lalu-malu datang di sore ini, Alan datang menghampiri Rima yang sedang duduk sendiri di balkon, ia membawa dua gelas cokelat panas.

 

Hari ini ... adalah hari ke tujuh mereka tidak saling bertegur sapa, bahkan ketika di kantor pun tak ada yang saling memulai komunikasi. Awalnya, Alan kira Rima tidak akan tahan diam, karena ketika ia cuek satu jam saja, maka Rima akan melakukan apa pun.

 

"Kamu senang kita tak saling bicara?" ucap Alan.

 

Rima menganggguk. "Ternyata itu lebih  nyaman, pantas saja kamu sering mendiamkanku dulu.

 

Jawaban yang tidak Alan duga. Kemudian ia duduk di sebelah Rima seraya menyimpan cangkir berisi cokelat panas di meja.

 

"Tiga tahun pernikahan kita rasanya tidak mungkin aku tidak mencintaimu, tapi ....,"

 

"Tapi cintamu pada Gayatri tidak bisa terbendung, begitu bukan?" jawab Rima memotong pembicaraan suaminya. 

 

Alan membawa pandangannya pada Rima, tak peduli apa pun, Hinga saat ini ia tidak suka siapapun menyela ucapannya.

 

Maaf baru update, baru sempet nulis karena harus bolak balik ke rumah sakit. Makasih yang udah selalu nungguin ya.

Related Chapters

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   Bagian 7

    Please jangan lupa komen, like dan subnya yaa"Bukankah kamu tahu bila aku tidak suka disela?" ucap Alan."Bukankah kamu tahu juga bila aku tidak suka dibohongi, Mas? Masihkah harus ku jelaskan segala rasa sakit atas sebuah kenyataan yang akhirnya ku ketahui.""Pembicaraan kita hanya berputar di situ saja, tidak akan pernah selesai.""Karena ini yang jadi masalah kita dan belum selesai!" ucap Rima."Maka dari itu, mari kita bicara agar mendapatkan titik temu."Rima diam, ucapan suaminya itu memang benar, mereka saat ini hanya butuh bicara bersama, apa pun hasil yang akan di dapat pada kisah akhir. "Baik, mari kita bicara.""Selama ini kamu terlalu mengejar dan mencintaiku, Rima!"Wanita di sampingnya itu segera melihat ke arah su

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   Bagian 8

    Please like, komen dan Sub ya. Biar upnya tambah semangat.Gayatrimeninggalkan rumah Rima dengan segenap perasaan kecewa atas sikap orang tua Rima yang masih saja mengatur dirinya hingga saat ini. Menangis saja rasanya tak cukup menenangkan hati, entahlah mengapa, semesta seperti tidak pernah berpihak padanya. Bahkan di dalam keluarganya sendiri, Gayatri merasa tak menemukan kenyamanan. Satu-satunya titik nyaman yang ia punya pun seolah terampas tanpa menyisakan apa pun kecuali luka.Sementara Rima dan Alan masih dalam percakapan yang tak berujung."Kita itu seperti berada di jalan buntu, Mas.""Tidak! Sebetulnya jalan kita tidak buntu, hanya kamu saja yang tidak mencoba memberi jalan padaku."Rima tidak tahu lagi harus membawa pembicaraan ini kemana, ia pun mulai jengah dan beranjak henda

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   Bagian 9

    Gayatri keluar dari kamar mandi dan menatap heran ke arah Rima dan dompet yang tergeletak tak jauh dari jangkauan sahabatnya itu."Kenapa, Rim?""Enggak, dompetmu kayaknya gak ganti sejak dulu, ada kali sepuluh tahun.""Ini kan dulu hadiah ulang tahun dari kamu, sayang banget mau ganti karena masih bisa dipakai, barang branded lagi. Aku gak akan mampu beli, hehe," jawab Rima mengambil dompetnya dan memasukkan ke dalam tas. Ia pun mencicipi makanan yang baru saja ia hangatkan."Kamu tidak pulang, Ay?" tanya Rima mengalihkan pembicaraan.Gadis di hadapannya menggelengkan kepala pelan, selalu ada gurat kesedihan pada Gayatri ketika berbicara tentang keluarganya."Mereka tidak membutuhkan aku pulang, mereka hanya butuh uang yang dikirim dengan sesering mungkin.""Mereka masih sep

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   Bagian 10

    Sepanjang jalan menuju rumah orang tuanya, Rima tak banyak bicara, sementara Alan fokus pada kemudinya."Kamu tahu tentang hidup Gayatri, Mas?" Rima membuka suara."Tak perlu membahas orang lain saat kita sedang berdua.""Dia bukan orang lain, dia bagian paling penting, baik untuk hidupku untuk hidupmu."Alan diam, ia tak menanggapi ucapan istrinya. Pembicaraan ini hanya akan berakhir pada hubungan yang akan membuat semakin dingin.Sampai detik ini, Alan tak mengerti, mengapa untuk sekadar melepaskan Rima adalah sesuatu yang sulit ia lakukan. Terlebih lagi orang tuanya begitu menyayangi Rima, bukan karena ia anak orang kaya, tapi sikap manja Rima mampu meluluhkan hati orang tuanya yang tidak memiliki anak perempuan dan saat ini Rima menjadi menantu satu-satunya.Tak berapa lama, mobil mereka tiba di sebuah rum

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   Bagian 11

    Alan masih gelagapan ketika Rima meninggalkan dirinya dengan air mata yang masih turun, dengan segenap perasaan yang tak menentu, Alan mengejar Rima, memegang tangannya dan menahan sang istri."Lepasin!" ucap Rima pelan tapi menekan kata-katanya."Kamu kenapa cepat marah seperti ini?" tanya Alan, ia sendiri tahu bila sudah salah, tapi sekadar mengatakan maaf pun seperti tertahan di tenggorokan.Rima melepaskan tangan Alan dengan kasar. Saat ini ia merasa sangat marah."Jangan seperti ini di rumah ibu, kasihan mereka kalau lihat kita berantem.""Mereka pun tahu, kalau kita bertengkar, itu pasti sumbernya dari kamu!"Alan menghela napas, kemudian kembali memegang tangan Rima untuk membawa istrinya itu duduk dan menenangkan keadaan. Tapi Rima kembali melepaskan tangannya."Mas! Kamu i

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   Bagian 12

    Tak ingin melihat kakak iparnya semakin sakit, Galih membawa Rima untuk menjauh dari tempat ini dan masuk ke dalam mobil untuk dibawa pulang.Meski kenyataannya pilu, mengikuti langkah Alan semakin memberi keyakinan untuk langkah apa yang akan ditempuh selanjutnya.Sementara Alan melepaskan pelukannya pada Gayatri, ia menundukkan wajah seraya memegang lengan wanita yang begitu ia cintai selama bertahun-tahun. "Maaf, Ay. Sekuat tenaga aku menahan diriku, tapi sepertinya aku tak kuasa untuk tidak mencintai Rima. Beberapa waktu ini aku baru sadar, bila dia sudah mengisi sebagian hatiku."Gayatri menatap sendu pada Alan. "Pada akhirnya aku berdiri di sini dan tidak mendapatkan apa-apa. Semua meninggalkan."Alan terdiam, setelah beberapa saat hening dan hanya terdengar suara angin berembus."Aku antar kamu pulang dan bersihkan lukamu."

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   Bagian 13

    Alan membawa langkahnya sedikit cepat ketika Rima tak lagi ada dalam pandangannya. Ia menyusuri tangga dan mendapati Rima sudah ada di ambang pintu."Tolong jangan seperti ini. Mari kita bicara!""Apa yang harus dibicarakan?""Tentang kita.""Apa, Mas? Apa yang kamu lakukan sudah sangat membuat aku paham. Kamu meninggalkanku untuk dia bahkan ketika aku terkulai lemas tidak berdaya. Kamu memeluknya, menenangkannya, ingat tentang aku?"Alan tak sanggup bicara, satu hal yang akhirnya ia ketahui, kemarin Rima mengikutinya."Maka dari itu, mari kita bicara!""Ada beberapa hal yang memang harus dibicarakan, ada hal yang cukup dengan diam dan semuanya selesai. Aku memilih diam."Rima melepaskan pegangan tangan Alan dan kembali membawa kopernya, lalu masuk ke d

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   Bagian 14

    Alan mencari tahu keberadaan Rima melalui nomor telepon. Hingga akhirnya ia menemukan istrinya itu ada di sini dan sedang tertawa nyaman bersama Galih, seolah tidak ada sesuatu yang sedang terjadi.Ia masih mematung di sini, seolah tak ada keberanian untuk mendekat, ia khawatir Rima akan semakin menjauh ketika ia memaksa untuk tak berjarak."Alan tidak menghubungimu?" tanya Galih.Rima menggelengkan kepala pelan. "Dia tidak akan masalah ketika aku tidak ada, justru dia akan senang, sejak dulu sering kali terganggu dengan segala sikapku.""Langkah apa yang akan kamu ambil?"Rima menggelengkan kepala pelan. "Menurutmu apa berpisah lebih baik?""Tidak tahu. Hidupmu, kamu sendiri yang tahu harus mengaturnya kemana."Rima menghela napas. Sementara Alan berbalik arah menuju mobilnya. Per

Latest Chapter

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   

    End

    Galih menemani setiap masa tersulit Rima, begitu juga dengan Rima. Pernikahan mereka saat ini sudah memasuki usia sepuluh tahun, tidak terasa. Banyak hal yang sudah dilewati dengan baik."Selamat hari pernikahan yang ke sepuluh!" Rima memeluk Galih dari belakang, suaminya itu sedang bersiap menuju rumah sakit. Galih membalikkan badan, ia kecup kening Rima dengan penuh cinta, semuanya masih sama seperti dulu, tak ada yang berubah. "Semoga kita bisa lebih panjang lagi menikmati waktu berdua!""Tidak hanya berdua, aku ingin bertiga atau berempat," ucap Rima.Galih terdiam, ia tahu maksud istrinya, tapi kemudian dipatahkan oleh kenyataan pahit sebuah takdir yang tidak bisa diubah."Aku tetap bisa menjadi ibu meski tidak melahirkan, iya kan?" ucap Rima.Suaminya itu mengangguk pelan. "Kamu mau kita mengadopsi anak?""Iya! Kamu gimana?" tanya Rima."Aku ikut semua hal yang membuat kamu bahagia!""Tapi kamu happy?""Tentu."Rima tersenyum, ia sudah menimang semuanya beberapa waktu ini, tida

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   

    Bagian 53

    "Ayo, Dok! Satu suap saja!" ujar dokter muda bernama Hani."Tidak, biar saya makan sendiri saja!" jawab Galih."Ayolah, Dok! Semua sudah, tinggal dokter saja, nih!" ucap Hani mendekatkan tangan yang sedang memegang sepotong kue ke mulut Galih."Saya menganggap semua yang ada di sini itu keluarga, apalagi aku hidup sendirian semenjak kecil, jadi momen ini aku ingin merasakan kehangatan keluarga, aku suapi, ya!" ucap Hani. Sosoknya memang ceria dan dekat dengan siapapun, ia mudah bergaul dan mengambil hati banyak orang, termasuk semua yang saat ini ada di sini, hanya Galih yang bersikap biasa saja, ia memang dikenal sedikit tertutup dan membatasi diri."Sekali saja ya, dok!" Hani merajuk, merasa tidak enak dan tidak tega, Galih pun akhirnya menerima suapan itu dengan perasaan berdosa pada Rima. Hingga akhirnya, pintu terbuka tepat ketika Hani menyuapinya.Seketika ruangan hening melihat kedatangan Rima, begitu juga Galih yang langsung salah tingkah, ia takut bila istrinya akan berpikir

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   

    Bagian 52

    Selepas berdoa, Rima dan Galih beranjak dari tempat peristirahatan terakhir Gayatri. Keduanya memutuskan untuk singgah sejenak di kota ini dan menyewa sebuah penginapan sambil menikmati indahnya kebun teh di akhir pekan."Syahra memberi kabar padamu?" tanya Galih ketika keduanya berapa dalam perjalanan menuju hotel.Rima menganggukkan kepalanya dan melihat ke arah Galih. "Memangnya ada apa?""Tidak! Kemarin aku melihat statusnya hitam gitu, ku pikir sedang ada masalah dan siapa tahu kalian saling bertukar kabar.""Syahra tidak pernah bercerita apa pun, dia itu orang yang paling menutupi semua bentuk masalah. Sholehah banget sih, sebagaimana kekurangan suami, dia gak akan mengumbar apa pun itu yang sifatnya buruk."Galih mengangguk setuju dengan yang diucapkan Rima. Kenyataannya Syahra memang seperti itu. Sepanjang perjalanan menuju penginapan disuguhi pemandangan indah, hamparan luas kebun teh yang hijau, sejauh mata memandang membuat kesejukan yang tidak terkira, menyusup sampai ke

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   

    Bagian 51

    Galih memegang tangan sang istri. "Kalau memang kita ditakdirkan untuk tidak memiliki keturunan di dunia, pasti Allah menjanjikan nikmat di surga. Pernikahan kita untuk berjalan ke sana buka? Jangan khawatir tentang semua yang sifatnya sudah menjadi hal preogratif Allah. Kita bisa menjadi orang tua untuk seribu anak.Rima terdiam, ia menghela napas panjang. Matanya kini mulai menghangat, tentang anak ini memang seringkali membuatnya khawatir dan cemas, terkadang ia takut bila akan tua sendirian, ia takut pada hal yang sebetulnya belum terjadi."Aku merasa tidak berguna, beberapa waktu ini pikiranku kacau, semua ini sangat sulit.""Kita bisa melewati ini, Rima. Kita akan tetap bahagia. Jadikan Allah sebagai pusat bertumpu dalam segala hal, maka lambat laun semua kecemasan akan hilang."Rima menundukkan wajah, tangannya berpegang erat pada Galih. Satu tetes air mata turun."Dengan segala ujian ini, kamu adalah makhluk spesial yang dipilihNya," ucap Galih lagi.Istrinya itu mengangguk pe

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   

    Bagian 50

    Rima terdiam dan menatap Galih dengan nanar. Sejenak hening mengisi ruangan inI. Jantung Rima berdegup kencang dengan irama yang tidak menentu, ia seperti bisa membaca situasi yang terjadi. Disingkap pakaian yang ia kenakan, kemudian ia lihat bekas luka jahitan yang terlihat mengering."Apa sudah tidak ada rahimku di sana?" ucap Rima menunjuk perutnya.Galih membuang napas kasar, ia membawa langkahnya mendekat pada sang istri. Meski pijakan kakinya seperti sedang tak menapak."Jawab Galih!" Teriak Rima ketika suaminya hendak meraih tangannya. Tak terasa derai tangis turun. "Kita akan bahagia tanpa anak, Rima!"Tersentak Rima, ini adalah kehancuran kesekian kali yang akhirnya harus ia dengar dan ia rasakan. Bahkan selama 31 tahun hidupnya, ia sama sekali belum pernah merasakan kehamilan, tapi ternyata takdir berkehendak bila bagian penting bagi seorang wanita harus terangkat.Setelah itu ia jatuh terkulai, menangis sejadi-jadinya. Menerima takdir adalah hal yang tak mudah.Galih memel

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   

    Bagian 49

    "Aku harus mendapat tindakan, ya?" tanya Rima ketika menerima hasil yang Galih bawa."Hanya tindakan kecil, setelah itu gak apa-apa, kita bisa mulai programa hamil. Kita akan berbulan madu ke tempat yang kamu inginkan," ucap Galih."Kata orang, kalau punya kista suka susah hamil.""Kamu kan punya dua tangan untuk menutup telingamu, jadi dengarkan aku saja, jangan yang lain."Rima mengerucutkan bibir sambil memegang kertas, ada sejumput rasa khawatir, mengingat usianya pun tak lagi muda, sudah 30 tahun lebih. Galih mendekat, merasakan ketidaksenangan istrinya, ia peluk Rima dengan hangat dan membesarkan hatinya."Jangan takut dan khawatir, percayalah semua akan baik-baik saja."Rima membalas pelukannya, setelah berkali-kali mereka batal untuk menikmati waktu berduaan, dua hari ke depan Galih mengambil cuti. Mereka memilih untuk menghabiskan waktu berdua di rumah."Mau tidur di hotel?""Tidak usah, di rumah saja. Aku tidak ada mood pergi kemana-mana, di sini saja sudah nyaman."Galih me

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   

    Bagian 48

    Galih ikuti langkah istrinya yang kini duduk di ranjang. Ia pegang pundak Rima lembut dan duduk di sampingnya."Jangan ngambek!"Rima membalikkan tubuhnya, melihat Galih sesaat, kemudian tersenyum. "Aku tidak marah, aku hanya sedang menggodamu saja!"Galih membuang napas kasar. "Aku tidak suka kamu menggodanya seperti itu.""Iya, maaf pak dokter!""Ya sudah, ayo! Sekarang saja."Rima diam, ia sedikit mengigit bibir bawahnya. "Barusan aku cek dan sedang haid."Galih menelan ludah tanda kecewa. "Aku puasa satu Minggu?"Rima mengangguk pelan.Helaan napas dari Galih kembali terdengar. "Oke, baiklah! Aku akan menahan diri sampai satu minggu ke depan, sekarang habiskan dulu makananmu, aku tidak ingin kamu sakit!""Yuk!" Rima mengulurkan tangannya dan mereka berdua kembali menikmati makanannya.Hari setelah hari ini tidak menjanjikan sesuatu berjalan dengan baik-baik saja. Banyak hal yang akan berganti, bahagia tidak akan selamanya, begitu juga sakit. ****..Dua bulan pertama pernikahan

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   

    Bagian 47

    Saat-saat perjalanan Gayatri menuju dikebumikan adalah proses dimana Rima merasa bahwa ia harus mendampingi semuanya sampai akhir. Tak peduli apa yang terjadi, ia akan mengingat Gayatri sebagai teman paling baik yang ada di dalam hidupnya.Alan pun turun membantu semua prosesi ini sampai akhir, gerimis tipis-tipis seolah memberikan semilir surga yang terasa sejuk.Ketika semua selesai, satu persatu yang datang pun turut pulang. Alan masih mengadahkan tangannya memanjat doa. Kesedihan nampak jelas di wajahnya. Setelah beranjak pergi, terkadang baru disadari bila orang itu cukup berharga. Manusia lainnya yang luar biasa adalah Syahra, ia nampak sabar dan tegar."Kita pulang, Mas!" Syahra mendekat dan memayunginya. Alan mengangguk. Kemudian beranjak dari, ia ambil payung itu dan membawa Syahra lebih dekat dengan dirinya. Mereka pun berlalu, diiringi Galih dan Rima di belakangnya, juga dalam satu payung yang sama.Sesampainya di mobil, Syahra lebih banyak diam. Melihat sikap Alan tak mun

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   

    Bagian 46

    Galih dan Rima akan menggelar akad yang sederhana, kebaya putih dengan desain terbaiknya dipilih untuk prosesi akad nikah. Pakaian yang mereka kenakan, nampak indah membalut mereka. Sederhana dan elegan."Tak sabar hari itu tiba!" ucap Galih yang kini berdampingan dengan Rima. Keduanya berdiri di depan sebuah kaca yang besar. Menatap diri masing-masing.. Sebuah pesan dari "Hanya sebulan lagi," jawab Rima dengan senyumnya yang manis."Kamu sudah sepenuhnya yakin padaku, Rima?""Kalau tidak yakin, aku tidak akan membuat keputusan di awal."Galih mengalihkan pandangannya pada Rima, ia tatap wanita yang sudah ia kenal sejak masih duduk di bangku sekolah itu, yang berubah hanya satu, ia jauh lebih baik dan cantik dengan hijab yang dipakainya."Jangan lama-lama natapnya! Nanti jatuh cinta," ucap Rima yang tersipu."Sudah sejak lama!" jawab Galih semakin membuat jantung Rima berdegup kencang. Setelah itu mereka pulang ke rumah, Galih tidak memilikinya banyak waktu saat ini, seiring padatn