Arianne tidak hanya berhasil menahan air matanya, dia bahkan tersenyum. Dia khawatir kalau air matanya akan membawa keburukan pada acara pertunangan Will. maka, dia berusaha keras untuk tersenyum…Setidaknya tunangannya sangat cantik. Dia adalah pasangan yang cocok untuk keluarga Sivan. Dia berharap kalau Will akan hidup bahagia.Tiba-tiba, tatapan Will tertuju pada Arianne. Senyuman diwajah Will langsung pudar. Mata yang bersinar bak sinar bintang itu langsung tersapu oleh kesedihan.Mereka saling bertatapan selama dua detik sebelum Arianne buru-buru memalingkan pandangannya. Dia tidak memiliki keberanian untuk menatap mata Will.“Ari.” Tiffany menggertakan giginya dengan kesal. “Kalau aku tidak salah, gaun pengantin yang dipakai tunangan Will… adalah desain buatanmu. Mark Tremont benar-benar… terlalu kejam!”Arianne akhirnya menyadarinya. Itu benar. Sejak awal dia sudah mengira kalau Mark mengajaknya ke peragaan busana karena desain buatannya akan diperagakan. Kebetulan, dia men
Tak disangka, Mark tetap tenang, tapi Jackson merasa kaget. Dia menarik Tiffany. “Kau lebih baik tutup mulutmu gadis kecil. Ini bukan urusanmu. Ayo pergi!”Seberapa kuat Tiffany mencoba untuk berontak, Jackson masih menyeretnya dengan paksa. Tiffany pun menggigit pergelangan tangannya hingga berdarah.Jackson merasa marah dan geli. “Kau ini apa? Anjing?”Tiffany memelototinya, “Aku bukan anjing, tapi aku tidak masalah menjadi anjing setiap aku melihatmu. Kau sama bajingannya seperti Mark Tremont!”Jackson merasa terhina tapi dia tidak bisa membela dirinya. “Baiklah, baiklah. Kau bisa berpikir sesukamu, selama itu membuatmu senang.”Arianne menunjukan rasa tidak puas dan kemarahan pada Mark lalu dia menarik lengannya, “Aku mau pulang sekarang. Haruskah kita pulang bersama? Atau mungkin aku bisa pulang duluan saja, dan kau tetap disini bersama Aery?”Mark menatap matanya untuk yang pertama kali, dia tidak mampu membaca emosi pada Arianne. “Ayo pergi.”Arianne berjaga jarak saat m
Tiffany memberikan alamat pada Arianne. Dan dia langsung mengganti pakaian di atas. Saat dia akan pergi, Henry menghentikannya. “Nyonya, tuan sudah memerintahkan kalau kau tidak boleh keluar hingga dia kembali.”Arianne menggigit bibirnya. Dia adalah istri dari Mark Tremont bukan seekor burung dalam sangkar. Dia memiliki hak untuk pergi dan bertemu siapapun yang dia mau. Tidak ada yang boleh merebut kebebasannya!“Paman Henry, aku hanya akan bertemu teman perempuanku. Aku akan segera pulang , jangan beritahu Mark. bahkan jika dia tahu, aku akan menerima konsekuensinya,” Ucapnya dengan suara memohon.Paman Henry merasa bimbang. Dia sudah menjaga Arianne dan Mark sejak mereka anak-anak. Dan terkadang, ada baiknya jika dia tidak terlalu ketat pada nya. “Kau begitu kembalilah secepatnya. Tuan mungkin saja akan menelpon dan aku akan ada dalam posisi sulit.”Arianne merasa tersentuh. “Terima kasih paman Henry…”Pelayan Henry sudah melayani keluarga Tremont seumur hidupnya. Itu sangat
Arianne menebak kalau Mark langsung buru-buru pulang karena dia mendengar bahwa dia sudah pergi keluar rumah hingga larut malam.Dia merapikan pakaiannya dan berjalan ke dalam, bersiap untuk dimarahi.Saat dia masuk, para pelayan berbaris di ruang tamu, Henry, Mary dan pelayan lain berdiri di ruang tamu. Henry melihat ke arah Arianne, lalu menghela nafas dan tidak mengatakan apapun.Dia mengambil nafas dalam dan berkata, “Tidak apa-apa. Aku akan menjelaskan padanya.”“Tuan sedang dalam mood yang buruk setelah minum-minum. Kau sebaiknya hati-hati…” Ucap Mary memperingatkannya.Arianne tersenyum dan bergegas ke atas, pintu kamarnya terbuka. Mark Tremont sedang duduk di kursi depan jendela dengan rokok di jari-jarinya. Asap memenuhi kamar itu dan sosoknya terlihat sedikit samar-samar.Dia masih mengenakan kemejanya, yang berarti dia belum lama kembali. Arianne menghampirinya dan menawarkan teh padanya. “Tiffie sedang sedih dan mabuk. Aku langsung kembali ke rumah setelah mengantarnya
Arianne menawarkan bubur pada Mark. “Ini, makanlah bubur ini. Ini sangat bagus untuk pencernaanmu.”Mark tidak menoleh padanya. “Keluarlah.”Arianne tidak bergerak. “Paman Henry sedang berkemas sekarang. Apakah benar-benar tidak ada jalan keluar untuk hal ini?”Mark memijat dahinya, dan suaranya terdengar tidak sabaran. “Jangan membuatku mengulangi perkataanku.”Arianne terdiam tapi dia masih belum meninggalkan kamar.Mark mengabaikannya dan bangkit untuk mengganti pakaiannya. lalu Arianne berkata. “Mark, kasus yang menyandung keluarga Tiffany masih belum selesai juga. Orang yang mencuri bahan perhiasannya sudah mati, dan tidak mungkin bahan-bahannya bisa diperbaiki lagi. Tiffie sangat sedih akan hal ini. Aku hanya keluar untuk menenangkannya! Akulah yang memaksa untuk pergi. Ini tidak ada hubungannya dengan paman Henry! Kau bisa marahi aku saja.”Mark mengenakan jas dan jam tangannya, lalu dengan santai memandang jam tangannya. “Aku akan memberimu waktu dua menit, jika kau gagal
Mark Tremont sedang menegosiasikan sebuah kontrak dengan rekan bisnis nya melalui telepon saat dia merasa terganggu oleh deringan ponselnya. Dia merasa kesal, lalu mematikan ponselnya tanpa melihat layarnya terlebih dulu.Barulah setelah kontraknya ditandatangani dan dia sudah kembali ke hotel, dia menyalakan ponselnya lagi. Ekspresinya menjadi serius saat dia menyadari kalau telepon tadi adalah dari Arianne. Arianne biasanya tidak pernah menelponnya.Dia menelpon balik. Setelah menunggu lama, tiba-tiba suara operator terdengar. “Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, mohon coba lagi nanti.”Mark menelpon ke kediaman Tremont. Dan teleponnya dijawab oleh Mary. Setelah tersambung dia langsung bertanya, “Dimana Arianne?”Mary melirik ke lantai atas dan menjawab. “Nyonya sedang tidak merasa sehat. Lampu di kamarnya menyala sepanjang malam semalam, jadi aku rasa dia sedang tidur sekarang.”Mark menghela nafas lega. “Katakan padanya untuk menelponku saat dia bangun.”Ponselny
Aery sudah merasa depresi. Jadi saat dia menyadari Helen membela Arianne, amarahnya meledak. “Waktu itu kau menamparku, itu karena dia, dan kau juga melarangku untuk memarahinya. Kasarnya, dia hanyalah sebuah sampah yang sudah kau buang. Dia tidak terhitung sebagai putrimu. Kenapa kau sangat membelanya? Apakah karena kau merasa bersalah? Kau merasa bersalah karena tidak pernah memenuhi kewajibanmu sebagai seorang ibu untuknya? Jadi apa arti kemunafikan ini?”Ekspresi Helen tenggelam. “Aery Kinsey, jika aku mendengarmu mengatakan hal seperti itu lagi, aku akan tidak menganggapmu lagi!”Ini bukanlah poertama kalinnya mereka berdebat soal Arianne. Aery tidak mau berdebat dengan ibunya lagi. “Baiklah. Aku bukan anakmu. Dialah anakmu! Apa kau senang?”Helen berbalik dan pergi dengan wajah yang muram, lalu mengunci Aery dikamarnya. “Kau akan dikunci di dalam sampai kau sudah tenang. Jangan membuat masalah lagi untukku!”…Saat Arianne bangun, hari sudah malam. Mary, melihat Arianne yang
Setengah jam kemudian, Mark akhirnya keluar dengan tuan Yates dan sekeretarisnya juga Brian.Arianne berdiri didepan mobil dan tidak menghampiri mereka. Dia menunggu hingga Mark dan Brian berpisah dengan tuan Yates. Barulah dia berjalan ke arah mereka.Mark terkejut saat dia melihat Arianne. “Sejak kapan kau ada disini?” tanya nya dengan santai.Dia memasukan tangannya ke sakunya. “Aku baru saja tiba. Tepat saat kau keluar.”Pipinya memerah karena kedinginan. Mark tidak buta. Dia tidak mempercayai perkataanya. “Masuklah ke mobil. Kita akan ke hotel dulu.”Hal pertama yang Mark lakukan saat tiba di hotel adalah Mandi. Arianne memanfaatkan momen ini untuk berpikir bagaimana cara terbaik untuk membahas masalah ini dengannya. Pintu kamar mandi terbuka sebelum dia menemukan cara, Mark menyalakan rokoknya dan mengenakan jas mandinya, lalu menghisap rokoknya dua kali sebelum mematikannya. “Jadi ada masalah apa?”Arianne merasa gugup dan wajahnya memerah.Mark mengambil jam tangannya da