Bab 18

"Mayang mengidap kanker, Pak," sahutku sambil mengeluarkan air mata.

"Astaga, kamu suaminya baru mengetahui ini?" sentak Pak Wijaya.

"Iya, Pak. Makanya, saya mau tanya ke Pak Wijaya, siapa tahu paham dengan pengobatan terbaik," ucapku lemas.

"Saya akan bantu carikan, nanti saya tanya pada Tiara. Sepertinya saya pernah dengar temannya ada yang sembuh, tapi temannya Tiara masih stadium 1 waktu itu," jawabnya.

"Semoga saja Mayang juga bisa sembuh, Pak. Aku belum tahu sudah separah apa penyakitnya, Dokter belum keluar, sekarang masih di ruangan tindakan," ujarku lirih.

"Ardan, ini kesalahanmu, tidak memahami kondisi istri, hingga sudah seperti ini baru sadar," cetus Pak Wijaya membuatku merenung. Pantas saja ia sering nangis ketika melihat Arya, mungkin pikirannya sudah mengarah dekat dengan kematian. Astaga, laki-laki macam apa aku ini? Benar-benar memalukan!

Telepon pun aku matikan tanpa berpamitan lagi. Pukulan-pukulan itu datang menampar hat

Continue to read this book on the App

Related Chapters

Latest Chapter