Bab 36

Kami semua berhamburan menghampiri suara teriakkan itu. Kemudian, membuka pintu kamar dengan lebar. Ternyata Mayang pingsan lagi, ia jatuh tepat di pangkuan papanya. Orang tua yang sangat menyayanginya lebih dari nyawanya pun histeris.

"Mayang, sadar, Nak!" teriaknya sambil menepuk pipinya pelan.

"Pah, Mayang kenapa?" tanyaku dengan suara tersengal-sengal. Ada rasa cemas yang berlebihan di dalam hati ini. 

Kemudian, kami membantu papa untuk meletakkan Mayang ke atas ranjang dengan membopong tubuhnya yang kurus bertiga.

Setelah meletakkan Mayang ke atas ranjang, Aldo yang selalu membawa stetoskop di saku jas-nya pun memeriksakan dengan segera kondisi Mayang saat ini. 

Bukan hanya aku yang cemas, ada mama yang sudah menangis tersedu-sedu di hadapanku. Bu Anika lah yang berusaha menenangkannya.

"Pah, Mama kenapa?" Tiba-tiba suara kecil yang cadel itu menghampiri. Mungkin karena cemas juga.

Aldo melepaskan stetoskop dari telinga

Continue to read this book on the App

Related Chapters

Latest Chapter