Bab 9

"Mbak Kinan!!!" Seru Davina, bocah berusia 5 Tahun yang selama ini di asuh Kinanti, "Vina kangen Mbak Kinan," tuturnya lagi.

Davina terus memeluk Kinanti, begitu juga dengan sebaliknya.

Kinanti tersenyum getir alasan Adam buru-buru pulang adalah pergi bersama Renata. Sekaligus istri sahnya.

Miris.

Wanita ssexy berstatus istri di samping Adam seakan kesal pada Kinanti raut wajahnya seakan menunjukkan bertapa Kinanti terlalu menyita waktunya.

"Vina, cepat masuk ke dalam mobil!" titah Renata.

Davina terdiam sambil menatap Kinanti, tanpaknya bocah lucu tersebut tidak ingin berjauhan lagi dengan pengasuh nya. Kinanti.

"Vina, jangan membuang-buang waktu!"

"Mbak Kinan balik ke rumah ya, Vina kangen," rengek bocah itu seakan tidak perduli pada Renata.

Kinanti terdiam, perlahan tangannya bergerak mengelus rambut hitam panjang milik bocah yang terasa berat melepaskan diri dari pelukan Kinanti.

"Besok Mbak Kinan ke rumah."

Bujuk Kinanti, tetapi bocah itu terus menolak.

"Vina!" panggil Renata lagi.

"Davina, kita pulang ya," suara datar Adam seakan ikut berusaha membujuk Davina untuk pulang segera.

"Mbak Kinan ikut ya."

"Kinanti, bisakah kau ikut?"

Kinanti sedikit tersentak saat Adam menawarkan untuk ikut, dalam hati tidak ingin kembali ke rumah keluarga Adam. Tapi lagi-lagi wajah polos Davina membuat Kinanti luluh.

"Ye!!!" Davina berseru dengan suara keras.

Tetapi tiba-tiba kaki Kinant tersandung, dengan cepat Adam menangkap tubuh Kinanti.

"Sayang!"

Istri mana yang tidak kesal saat melihat suaminya memeluk wanita lain di hadapannya, begitu juga dengan Renata.

Renata tahu jika Adam hanya berusaha untuk menolong Kinanti yang hampir saja terjatuh, akan tetapi batin Renata tetap saja tidak bisa menerima apa yang baru saja dilakukan oleh Adam.

"Nggak usah mikir aneh-aneh!" sergah Renata, "Vina, ayo naik lagi ke mobil," Renata membuka pintu mobil dan membawa Davina untuk masuk kembali.

Tatapan Renata masih saja menatap Kinanti dengan mematikan, sebagai seorang istri tentu saja akan terus menjaga suaminya. Apa lagi sekarang pelakor sedang marak-maraknya.

"Vina, Mbak Kinan nanti nyusul ya," kata Kinanti pada bocah kecil yang menatapnya dari kaca mobil yang terbuka.

Davina menggeleng, bahkan menangis dengan keras. Karena kasihan akhirnya Kinanti ikut naik ke dalam mobil.

***

"Oma!!!" seru Davina sambil berlari masuk kedalam rumah.

"Cucu Oma dari mana?"

Sarah menciumi pipi gembul cucunya dengan penuh kasih sayang.

Davina menatap ke luar, begitu juga dengan Sarah yang mengikuti arah pandang Davina.

"Ada Mbak Kinan Oma," seru Davina dengan bahagia.

"Oh...ya?"

"Iya."

Raut wajah Davina terus bersinar, sedangkan Sarah juga tersenyum lembut pada Kinanti.

"Syukurlah kalau kamu kembali lagi, Derren sama Davina nakal nya minta ampun. Setelah kamu pulang kampung," kata Sarah mengutarakan keluhannya pada saat Kinanti pergi.

Kinanti mengangguk lemah, bahkan bingung dengan situasi sulit yang tengah ia hadapi.

"Tas kamu dimana?"

Sarah baru menyadari, Kinanti tidak membawa tas besar yang selalu ia gunakan untuk membawa pakaian.

"Em," dengan tangan yang saling meremas Kinanti berusaha untuk mencari alasan.

"Tadi Kinanti kecopetan Ma," timpal Adam dengan cepat.

Adam tahu tidak baik berbohong, beruntung Renata langsung menuju kamar tapi apa jadinya kalau Sarah tahu sebenarnya Kinanti tinggal di dalam rumah yang baru saja ia beli. Lalu bertemu dengan Davina tanpa sengaja.

Sarah mengangguk, perasaan nya mulai iba menatap Kinanti.

Malam semakin larut, entah mengapa tiba-tiba ada suara ketukan pintu. Turun dari atas ranjang, memutar anak kunci, lalu membuka pintu.

"Bikinin nasi goreng, saya lapar!" titah Renata tiba-tiba.

Kinanti mengangguk, menuruti perintah majikan sekalipun sebenarnya mata Kinanti sangat mengantuk.

"Jangan kamu menganggap bahwa suami saya suka sama kamu?"

Kinanti lagi-lagi mengangguk, sambil membuatkan nasi goreng untuk Renata sesekali terdengar suara benda yang berbenturan.

Menyajikan dibatas meja makan, satu piring nasi goreng dengan telur setengah matang. Membuat rasa lapar Renata semakin menjadi-jadi.

"Sayang kamu di sini," Adam tidak melihat istrinya di sampingnya saat terbangun, dan dengan cepat ia mencari Renata ke dapur.

Mata Adam juga melihat ada sepiring nasi goreng yang cukup lezat.

"Ini nasi goreng siapa?" tunjuk Adam pada sepiring nasi goreng, sambil menunggu jawaban Renata.

"Punya aku sayang, makan yuk. Suapin aku."

"Nyonya, Saya boleh kembali ke kamar?" tanya Kinanti dengan hati-hati.

"Buatkan teh hangat!"

"Sayang sini aku suapin," tawar Adam sambil mengambil alih sendok yang di pegang Renata.

Renata tersenyum lembut lalu membuka mulut menerima suapan dari Adam.

Hati sebenarnya sudah tidak sanggup, tetapi tidak ingin terlihat rapuh. Tangan Kinanti meletakan secangkir teh hangat pada meja makan, sambil menyaksikan Adam dan Renata yang begitu mesra.

Related Chapters

Latest Chapter