Bab 194. Pulang

Masuk di pelataran rumah, kami langsung disambut Pak Slamet-satpam yang bertugas pagi ini. Begitu juga Pak Maman dan Bik Inah yang langsung sibuk menurunkan bawaan dari mobil.

Aku mengedarkan pandangan menautkan rindu di seluruh sudut depan rumah kami. Aroma tanah dan tumbuhan hijau menyeruak di penciumanku. Bangunan kantor tempatku bekerja yang berseberangan dengan pintu masuk rumah, seakan memanggilku untuk berkutat di sana kembali.

Senyum ini tercipta dengan sempurna, seakan aku menjadi manusia baru yang siap menapaki rencana-rencana yang sudah tercetus dan menunggu dilaksanakan.

Benar, seenak-enaknya di tempat lain, rumah merupakan tempat yang dirindukan dan menjadi pelabuhan. Seasyik-asyiknya liburan, pasti berujung merindukan rumah untuk berlabuh.

“Kangen, ya,” bisik Mas Suma mengagetkan aku. Tadi dia sibuk bicara dengan Pak Slamet, entah tiba-tiba sudah mengalungkan tangan di pinggang ini. Mungkin, karena aku yang terlalu larut melepas rindu, jadi tidak menyadari kehadirannya.

Continue to read this book on the App

Related Chapters

Latest Chapter