Home / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 6. Tragedi Ayam Lengkuas
Bab 6. Tragedi Ayam Lengkuas

Kriiing .... Kriiing ....

Jam weker berbunyi. 

Pukul empat pagi, kalau di kampung kami dibangunkan oleh azan subuh. Di sini mana ada? 

Aku segera mandi dan siap-siap untuk salat subuh. Kemarin Amelia minta dibuatkan bekal sekolah. Menu ayam pesannya, tetapi bukan ayam kentucky. 

Tadi malam, aku memasak ayam lengkuas. Ayam dibumbui dan spesialnya parutan lengkuas yang berlimpah. Sengaja aku buat rebusan ayam bunbu agak banyak. Jadi kalau mau makan tinggal goreng saja. Digoreng hingga kering, enak dimakan dengan nasi putih.

Menu ini kesukaan Wisnu. Dia kalau dimasakkan menu ini, alamat nasi terancam habis. Tersenyum aku ingat dia. Bagaimana makannya di kost? Dia sudah enam bulan kuliah di universitas negeri di Malang.

"Mama tidak usah kawatir. Wisnu di asrama, banyak temannya. Urusan makan, Wisnu bisa atur. Jangan kawatir, ya." Dia menenangkan ketika  aku tanya tentang pola makannya. Dia tinggal di asrama di dalam areal kampus, jadi lebih aman.

Anakku lebih mandiri, dia adalah kekuatanku. Dia juga yang mendukungku ketika berpisah dengan Mas Bram. Dia menguatkanku ketika aku menangis bahkan berusaha menghiburku, walaupun aku tahu dia juga kecewa dengan papanya. 

Baik-baik kau ya, Nak .... 

"Bu Rani sudah bangun dari tadi? Maaf saya telat" ucap Bik Inah mengagetkanku. 

"Baru aja, Bik. Ini lagi goreng ayam."

"Kapan mulai masaknya. Hmmm ... baunya enak sekali? Bu Rani kalau masak bikin perut lapar. Saya bersih-bersih di depan saja. Daripada ngiler," ujar Bik Inah terkekeh. Aku tersenyum melihat tingkahnya.

*

"Selamat pagi, Tante." Amelia sudah siap berangkat sekolah. Dia cantik sekali. 

"Ini susunya diminum, ya. Rotinya juga dimakan. Harus sarapan," ucapku sambil menyodorkan segelas susu. Dia minum sedikit, kemudian meneruskan memakai sepatu.

"Ayo ini rotinya. Aaak ...," ucapku menyuapinya dengan roti.

"Tante, aku makan di mobil. Ini bekalku, ya. Makasih tante. Love you. Muach ...," dia menciumku dan berlari terburu-buru. 

Hemmm .... 

Anak-anak di mana-mana sama. Selalu terburu-buru kalau mau berangkat sekolah.

Aku teruskan pekerjaanku di dapur, sekali lagi cek belanjaan hari ini.

*

Daftar belanja sudah. Setelah Tuan Kusuma berangkat kerja, Bik Inah akan belanja. 

Makanan pagi sudah aku siapkan. Segelas kopi hitam sedikit gula dan roti. 

Sarapannya orang kaya memang lain. Kalau kita di kampung, kalau belum makan nasi itu bukan makan, tapi camilan. Hehehe.

"Pagi!"

"Pagi, Pak Kusuma. Silahkan makan pagi. Sudah saya siapkan," ucapku.

"Selain tas kerja, apakah ada yang harus dibawa, Pak?" tanyaku untuk memastikan tidak ada yang ketinggalan.

"Hampir saya lupa! Ada map biru, itu proposal proyek di Bali. Pastikan masuk di tas!" teriak Tuan Kusuma sambil menikmati sarapannya.

"Rani! Rani!" teriaknya lagi memanggilku. Aku yang di ruang kerja setengah berlari ke arahnya. 

Ada apa ini? 

Apa aku ada salah?

"Ini bau apa, ya!?" 

Tuan Kusuma berdiri di dapur sambil mengendus-endus mencari bau yang dimaksud.

"Bau apa, Pak?" 

"Ini bau masakan. Kamu masak apa?"

Ya ampun, ternyata bau masakan. Aku pikir bau  kotoran atau apa. Dia mencium sisa ayam lengkuas yang dibawa Amelia.

"O bau masakan? Saya tadi masak ayam lengkuas buat bekal Amelia," jelasku sambil menunjukkan sedikit sisa ayam tadi. Diambilnya sedikit untuk dicicipin.

"Hemmm, enak. Kenapa kamu sembunyikan dari saya?!" katanya sambil mengambil satu potong ayam.

"Nanti siang, saya mau dikirim ini, ya? Dan jangan sekali-kali menyembunyikan makanan dari saya," ancamnya sambil mengambil satu potong ayam lagi.

"Pepes udangnya bagaimana, Pak?"

"Besuk!" ucap Tuan Kusuma, kemudian bergegas keluar untuk berangkat kerja.

*

Daftar belanja sudah siap, Bik Inah dan Pak Maman yang berangkat. Aku masih berkutat dengan urusan folder-folder ini yang belum sempat aku pelajari. 

Dreetttt .... Dreetttt ....  Dreetttt .... 

Ponsel kerja berbunyi, aku sebut ponsel kerja karena ini khusus untuk urusan pekerjaan. Disana sudah lengkap nomor telpon yang berhubungan dengan rumah ini. 

Amelia kirim pesan w******p.

Terlihat fotonya ketika makan bekalnya yang dia bawa tadi. Ada dua foto, dikasih judul before dan after. Foto makanan masih utuh dan foto tinggal kotak kosong.

[Makasih Tante sayang. Love you]

Aku tersenyum membacanya. Alhamdulillah.

[Sama-sama sayang]

[Tante, temanku juga suka]

[Besuk bikin 25 kotak bekal seperti tadi ya. Aku mau traktir temenku]

[Porsinya dibanyakin]

[Love you]

Apaaa ...!?

25 kotak ayam lengkuas!?

Ini namanya tragedi! 

Alamat semalaman memarut lengkuas ....

***

Related Chapters

Latest Chapter