All Chapters of Gairah Berkuasa : Mempelai Wanita Tuan Tremont yang Berharga: Chapter 151 - Chapter 160
1901 chapters
Bab 152 Bergegas Menuju Menara Tremont
Setelah membereskan urusan itu, Tiffany merasa begitu lelah sampai-sampai dia tidak sanggup bergerak sedikitpun saat dia menjatuhkan diri di tempat tidurnya. Dia berpikir sejenak lalu menghubungi ibunya. Segera setelah panggilannya terhubung, dia mendengar ribut-ribut dari ujung telepon. “Tiga bambu! Tunggu! Menang!”Tiffany bahkan tidak perlu menebak untuk tahu bahwa Lillian sedang bermain mahjong lagi, dan ini membuatnya kesal. “Bisakah kau berhenti bermain mahjong? Ini sudah larut malam dan kau masih belum pulang juga.”Lillian membalas dengan nada lebih kesal. “Karena kau sepertinya tidak peduli lagi padaku, aku akan melakukan apapun yang ku mau, pergi makan ke luar atau bermain mahjong. Aku tidak pulang malam ini. Aku akan bermain semalaman! Lakukan apa yang kau mau dan jangan menggangguku!”Mendapati panggilannya di tutup membuat Tiffany ingin menjerit untuk melepaskan amarahnya. Jika dia tidak khawatir akan dilaporkan karena mengganggu tetangga, dia akan menjerit dari palung
Read more
Bab 153 Sebuah Ultimatum
Menyadari situasi yang terasa tidak enak, resepsionis segera menghubungi sekretaris Mark. “Ellie, ibu Tremont ada disini mencari pak Tremont. Aku rasa dia cukup agresif… dia bersama seseorang juga. Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya tetapi dia tampak seperti pelayannya atau sejenisnya…”Sekretaris itu mengiyakan informasi itu lalu menutup panggilannya. Dia bangun dan mengetuk pintu kantor Mark. “Pak Tremont, istrimu ada disini.”Dia dapat mendengar Mark menjawab dengan datar dari ruang kantornya.Lift dengan cepat tiba di lantai empat puluh enam. Ellie Amore, yang telah menunggu di depan pintu lift, seketika memasang senyum di wajahnya saat melihat Arianne.”Ibu Tremont, pak Tremont ada di dalam ruangannya.”Mata Arianne terarah ke sendal tebal di kaki Ellie yang tidak cocok untuk busana kantor. Dia lalu teringat bahwa Mark tidak suka terganggu oleh keributan saat dia bekerja. Karenanya, mereka membutuhkan keheningan di lantai ini. Kali terakhir Arianne berada disini, dia perlu
Read more
Bab 154 Makanan Penutup Buatan Aery
Setelah melalui semua kejutan dan emosi yang naik turun, Arianne membenamkan dirinya di kursi mobil, merasa hampa. “Ayo pulang,” sahutnya lemah.Mengingat panggilan dari Helen yang ia tolak sebelumnya, dia meraih ponselnya dan balik menghubunginya. Panggilan itu dengan cepat terangkat dan Arianne kontan membahas inti persoalan. “Kau tahu Aery yang menabrakku, kan?”Helen yang berada di ujung panggilan, tercekat. “Ari… maafkan aku… aku tak bisa apa-apa. Kalian berdua sama-sama penting bagiku, tetapi aku juga kesulitan… maafkan aku…”Arianne mendengus. “Tentu, kau juga punya kesulitan. Aku layak mendapatkannya. Aku layak keguguran, aku layak hampir terbunuh. Bukankah kau memohon bantuan padaku sebelumnya karena kau melahirkanku? Aku berhutang atas hidup yang kau berikan padaku, jadi sekarang…Aku telah membayarnya dengan nyawa anakku. Mulai sekarang, aku tidak berhutang apapun lagi padamu.”Dia segera menutup teleponnya setelah berkata demikian lalu memblokir nomor ponsel Helen.Sete
Read more
Bab 155 Lepas Kendali
Aery mencibir ke arahnya. “Aku tidak berkata apapun, kau yang katakan itu semua… Lagi pula, skandal dari tiga tahun lalu tentang foto tidak senonoh mu dengan Will, bukankah kau perlu menghindari dirinya sekarang, terlebih saat kau telah menikah dengan Mark? Anak yang mati itu… apakah benar itu anak Mark? Bisakah kau jujur padaku?”Saat berkata semua itu, Aery masih mengedipkan mata besarnya yang seakan tak bersalah. Dia membuatnya seakan dia tidak sengaja berkata tidak pantas di depan publik.Jawaban Arianne tampak sangat tenang. “Bukan, itu bukan anaknya. Puas? Sekarang, bisakah kau bawa barang-barangmu dan menyingkirlah?”Pernyataannya membuat semua orang gaduh. Tidak ada yang mengira bahwa dia akan mengakuinya di depan orang banyak bahwa dia menyelingkuhi Mark Tremont!Eric juga terkejut. “Arianne, kau tidak boleh bicara sembarang! Jangan marah, kita bicara seusai jam kerja. Lanjutkan saja pekerjaanmu. Aery, bukankah kau akan bertemu Mark? Aku akan mengantarmu kesana!”Aery men
Read more
Bab 156 Mengadopsi Seekor Kucing
Bukannya kembali ke kediaman Tremont setelah keluar kantor, Arianne malah mengirim pesan pada Will. ‘Apa kau baik-baik saja? Maafkan aku karena kau jadi terlibat dalam kecelakaan itu padahal akulah targetnya.’Will langsung menelponnya. “Aku baik-baik saja. Hanya lecet-lecet sedikit. Tapi… apa kau baik-baik saja sekarang? Apa maksudmu kalau kau adalah target?”Arianne tidak ingin membicarakan hal menjijikan itu pada orang lain, maka dia tidak memberitahu Will. “Aku tidak apa-apa, bisakah kita tidak membicarakan itu lagi. Aku senang kalau kau baik-baik saja. Aku akan menutup teleponnya sekarang.”Tanpa memberikan kesempatan pada Will untuk mengatakan sesuatu, Arianne menutup teleponnya.Karena Tiffany sedang bekerja dan Arianne tidak mau mengganggunya juga, dia mencari kafe untuk sekedar bersantai. Dia perlahan merasa rileks saat dia menghisap kopi sambil memandangi kemacetan di luar jendela.Tiba-tiba, dia melihat seekor kucing liar yang kotor melewati depan kafe. Walaupun kucingnya
Read more
Bab 157 Si Putih
Berita itu sama saja mengatakan bahwa dia telah berselingkuh dari Mark Tremont.Setelah membaca berita itu, Arianne dengan tenang memasukan ponselnya kembali ke sakunya. “Baiklah, aku sudah melihatnya sekarang, lalu?”Wajah Mark berubah dan dia tampak seperti akan memakan orang hidup-hidup. “Lalu?” dia mengulang pertanyaan Arianne dengan nada suara yang sangat dingin.Arianne mengangkat bahu ke arahnya. “Apa? Kau memintaku untuk membaca beritanya dan aku sudah melakukanya. lalu ? bukankah kau sendiri yang bilang kalau anak itu bukan anakmu? Sekarang seluruh dunia tahu kalau itu bukan anakmu. Bukankah itu bagus? Setidaknya sekarang kau sudah tidak perlu bermain peran sebagai ayah.”Mary tidak sengaja mendengar perkataan Arianne saat dia sedang membawa sepiring makanan ke ruang tamu. Mary sangat terkejut hingga piring itu lepas dari genggamannya dan terjatuh ke lantai hingga menimbulkan suara yang berisik. Mark bangkit dari sofa dan mencengkram bahu Arianne. “Coba katakan lagi!”Ari
Read more
Bab 158 Asbak Yang Penuh
Ariane melanjutkan makan tanpa melihat ke arahnya. “Dia bukan benda. Si putih adalah peliharaanku”“Aku tidak peduli apa itu! Singkirkan saja. Aku tidak mau melihatnya besok pagi. Kalau kau tidak mau menyingkirkannya sendiri, maka aku akan memerintahkan seseorang untuk melakukannya.” Mark tidak memberikan ruang untuk bernegosiasi.“Kau membenci si putih lebih dari kau membenciku, lalu kenapa kau tidak menyingkirkanku lebih awal saja. Lalu kau membiarkan aku di sisimu untuk apa? Apa hanya untuk merusak pemandangan mu saja? Aku tidak akan membuang si putih. Sebagai gantinya, aku akan mengizinkanmu untuk bersenang-senang diluar, aku yakin, Aery bukanlah satu-satunya wanita simpananmu. Apa salahnya jika aku mau memelihara satu kucing?” ucap Arianne memprovokasi Mark tanpa takut.“ARIANNE WYNN!” Mark sudah kehabisan kesabaran saat dia berdiri dan menampar meja.Arianne mengabaikannya. Dia perlahan mengunyah makanan di mulutnya lalu menjawab Mark. “Tidak usah berteriak. Aku tidak tuli. K
Read more
Bab 159 Berita Tentang Akuisisi
Sebelum dia sempat bicara, Jackson mendecakkan lidahnya. “Aku akan mencari cara untuk menyelesaikan insiden tentang kau yang sudah ‘dicurangi’ . Aku tidak mau rekan-rekan bisnismu merasa kasihan padamu setiap kali mereka menandatangani kontrak denganmu. Reputasi Mark Tremont kami sangat penting!”Mark melotot padanya. “Diam!”Jackson meresponnya dengan senyuman mengejek. “Aku rasa… kau seharusnya tidak membuatnya kesal. Arianne telah terbiasa menjadi kelinci kecil yang biasa kau mainkan. Aku tidak menyangka kalau dia akan menjadi semenyeramkan ini saat dia marah.”Mark melambaikan tangannya dengan acuh, “Baiklah, keluar dari ruanganku sekarang.”Jackson tertawa. “Hahahah… baiklah,baiklah. Sepertinya Mark Tremont kita akan tidur di kantor malam ini. Kasihan sekali. Aku sebaiknya pergi sekarang dan berlari ke dekapan wanita cantik.”Keesokan harinya, Ellie Amore memasuki ruangan saat Mark keluar setelah selesai bersiap-siap. “Tuan Tremont, Tuan Sivan ada disini.”Dia meluruskan das
Read more
Bab 160 Berdebat Seperti Pasangan Suami Istri
Seolah bisa mersakan emosinya, Si Putih mengulurkan tangannya dan mengusap pundak Arianne. Arianne meletakkan kucingnya di lantai lalu berjalan ke jendela. Dia menelpon Mark tapi langsung memutuskan teleponnya sebelum teleponnya tersambung.Tidak ada gunanya menelpon dan menanyakan Mark sekarang. Apakah ini persoalan pribdai atau bukan, dia tidak memiliki alasan untuk mempertanyakan keputusannya soal bisnisnya.Dia menelpon Will. “Perusahaanmu sudah diakuisisi oleh Mark? Kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal? Kau menelponku sebelumnya karena ini kan? Pada saat itu, kau pasti sangat kebingungan…”Dengan nada cuek, Will menjawab. “Yang lemah adalah mangsa bagi yang kuat. Keluarga Sivan lebih rendah dari keluarga Tremont. Pembelian itu bukanlah kejutan. Aku seharusnya berterima kasih karena dia tidak merebut semuanya dan bahkan mengizinkanku untuk terus mengurus perusahaan. Perbedaanya hanyalah aku harus bekerja untuknya, suatu hari, aku akan mengambil kembali semua milik keluarga
Read more
Bab 161 Menekan Keyboard Dengan Sembarang
Arianne tidak bisa makan lagi, maka dia mengambil piring berisi salmon itu dan pergi keatas.Si Putih sepertinya sangat menyukai salmonnya. Setelah memakan salmon itu dalam sekejap, si putih mulai menggesekan badannya pada kaki Arianne.Arianne berlutut untuk membelai bulu Si Putih yang lembut, Arianne merasa suasana hatinya membaik. “Si putih kecil, kau adalah kucing liar sebelumnya tapi kenapa kau gendut sekali?”Suara dengusan terdengar dari luar. Arianne menolehkan kepalanya dan melihat bayangan Mark melewati ruangan studionya lalu diikuti dengan suara pintu tertutup.Dia tidak menanggapinya dan hanya memutar matanya. Terkadang, bahkan binatang lebih manusiawi dibanding manusia itu sendiri. Setidaknya bermain dengan Si Putih bisa membuatnya senang.Setelah Arianne selesai bermain dengan kucingnya, dia kembali ke kamarnya dan tidur. Karena dia merasa bosan dirumah, maka dia memutuskan untuk kembali bekerja besok.Saat tengah malam Mark merasa agak lelah karena bekerja didepan
Read more