Bab 522. Begitu Indah
“Sudah dingin kan hatinya?” Aku melengos. Aku tidak menyerah. “Makasih minumannya. Tapi ini tidak menghapus dosamu.” Dia tertawa kecil. “Iya aku mengerti. Dengar, ya, Amel. Tadi itu aku surfing. Tidak mungkin aku angkat telpon.” “Tapi setelahnya kan bisa menjawab pesanku. Iya, kan?” sahutku tidak terima alasan yang terdengar mengada-ada. “Iya. Aku salah. Aku pikir, kita kan sebentar lagi ketemuan. Maafin, ya?” ucapnya sambil menjulurkan tangan. “Maaf dikit,” ucapku sambil menyambutnya. “Gitu, aja?” “Terus. Apa lagi?” tanyaku dengan kening berkerut. “Senyum, Mel. Nanti dipikir orang-orang kita bertengkar,” ucapnya sambil menelengkan kepala dengan tatapan lekat ke arahku. “Biarin,” ucapku sambil mengalihkan pandangan ke jendela kaca. Apa dia tidak sadar kalau kelakuannya menggangguku? “Senyum dikit, ajah.” “Apaan, sih,” seruku sambil melambaikan tangan di depan wajahnya. Senyum ini mengembang dengan sendirinya. Marahan sama orang ini, aku tidak bisa lama. Padahal dari ta
Read more