Bab 539. Mama Marah
“Kak Rima di kamarku, Kak. Aman sama aku,” bisik Amelia mendahuluiku. Tangannya menyenggol lenganku, seakan menandakan kalau dia mendukungku.Di meja makan, Mama duduk sendirian sedang mengoles roti dengan selai keju. Di depannya ada secangkir kopi yang masih mengepulkan uap. Dari aromanya, ini kopi kental tanpa gula kesukaan Mama.“Duduk,” ucap Mama tanpa melepaskan pandangan dari roti yang di tangannya.Mata ini menatap wajah Mama yang tanpa ekspresi. Senyuman tidak tersirat seperti saat tadi menyambut Rima. Keadaan sekarang ini yang aku kawatirkan sedari tadi. Keadaan Mama yang sebenarnya, membeku.“Iya, Ma. Ini Wisnu,” ucapku sambil duduk tepat di depannya.Gerakan tangannya terhenti, dengan mata tetap tidak teralihkan. Helaan napas panjang, seakan dia sedang mengatur emosi. Beberapa saat kami sama-sama terdiam. Kakiku tidak berhenti bergerak, berusaha mengurai kegelisahan ini. Sungguh, aku lebih menyukai Mama memukul atau menamparku, daripada dia diam seperti ini.“Wisnu. Mama m
Read more