Bab 14

"Mayang, kamu tidur, Sayang?" tanyaku sekali lagi. Kali ini tangan kiri berusaha menyentuh pipinya, agar ia terkejut dengan colekanku.

Sepertinya ia tidak tidur, aku harus mengecek napasnya. Kupegang bagian lubang hidung, tapi masih ada napas yang berhembus. Aku tak membuang waktu lagi, gas mobil kuinjak dengan kencang, dan segera menuju ke Rumah Sakit Maya Bakti. Kali ini aku yakin Mayang bukan sakit biasa.

Sambil melaju kencang ku coba pegang tubuh Mayang. Astaga, dingin sekali tubuhnya. Kemudian, aku menepi untuk memeriksa denyut nadi Mayang. Setelah itu, kupegang tangan sebelah kanannya, dan dengan uraian air mata, aku pun teriak.

"Mayang!" 

"Mas, awas!" teriak Mayang seketika mengejutkanku. Hampir saja mobil yang aku kendarai menabrak portal jalan. Ternyata aku hanya melamun, rasa cemas dan takut kehilangan Mayang membuatku membayangkan yang negatif.

"Mas, kamu kenapa sih? Yang fokus kalau nyupir," celetuk Mayang menatapku lirih.

"

Continue to read this book on the App

Related Chapters

Latest Chapter