Bab 31

Ia melangkah perlahan dengan senyum semringah. Semangatnya ketika melangkah terpancar dari raut wajahnya yang keriput.

Aku coba melakukan sesuatu, bangkit lalu melangkah pelan dan menarik pergelangan tangan Bu Diah. Kemudian menyeretnya ke luar ruangan.

"Ardan! Apa-apaan si, Ibu kok ditarik paksa!" sentaknya seraya tak menyukai perlakuanku. Kubekap mulutnya agar tidak berisik di rumah sakit.

"Maaf, Bu. Aku tak bermaksud seperti itu, ini demi kesehatan Mayang," sahutku pelan.

"Harus mengorbankan Ibumu yang sudah merawat dan membesarkanmu hingga jadi orang?" cetusnya membuatku geram. Lagi-lagi ia mengungkit apa yang ia korbankan selama ini. 

Aku dapat memakluminya, karena darah yang mengalir di tubuhku ini bukan darahnya. Jadi di otak dan pikiran Bu Diah tidak ada iba bahkan kasih sayang yang sesungguhnya. Ia hanya memanfaatkan jasa-jasa yang telah ia korbankan selama ini.

Kalau bisa dibedakan, inilah perbandingan antara ibu kandung denga

Continue to read this book on the App

Related Chapters

Latest Chapter