Bab 6

"Pergi dari sini Jalang, jangan pernah kembali. Memalukan!"

Suara pintu di banting dengan kencang membuat Kinanti tersentak.

Tidak ada kasih sayang sedikitpun untuk dirinya. Bahkan Ibu kandung terasa seperti Ibu tiri.

Bahkan pergi ke rumah Rahmat juga sama saja.

Ibu tirinya tidak menyukai Kinanti.

Tangan yang bergetar memungut beberapa helai pakaian yang berserakan di teras, dengan berderai air mata memasukan pakaiannya kedalam tas dan membawanya pergi.

Dunia seakan begitu kejam, tak berbelas kasih padanya walaupun hanya secuil saja.

Seorang pria berdiri di samping mobilnya sambil melihat seorang wanita yang di usir oleh wanita paruh baya. Bahkan Adam sendiri tidak tahu siapa wanita Tersebut.

Beberapa saat lalu Kinanti pergi dari kediaman Adam, dan saat itu juga Adam mengikuti dengan diam-diam.

Saat Kinanti masuk ke sebuah rumah sederhana sebenarnya Adam ingin pergi tetapi, entah kenapa ia merasa bersalah atas pertanyaan yang meragukan anak di dalam rahim Kinanti.

Hingga Adam lebih memilih terus berdiam diri di sisi jalanan sambil berdebat dengan perasaan.

Namun, saat akan pergi tiba-tiba netra nya melihat Kinanti yang di usir keluar.

Malang sekali nasib wanita itu, sudah di perkosa, lalu hamil, dan sekarang di usir oleh Ibu kandung nya sendiri.

Mata Adam melihat Kinanti berjalan di sisi jalan sambil memeluk tas besar berisi pakaian, dengan langkah kaki yang lebar Adam langsung mendekat.

"Ayo."

Lengan Kinanti di tarik tiba-tiba oleh Adam, tanpa banyak bicara memasukan tubuh lemah Kinanti kedalam mobil.

"Ada apa lagi?!" Geram Kinanti sambil terisak

penuh pilu begitu dalam.

Pertemuan dengan Adam adalah suatu musibah yang membuat hidupnya hancur tanpa sisa.

Adam diam sambil melajukan mobilnya. Membawa Kinanti kesebuah Apartemen miliknya.

"Kenapa kau membawa ku kemari?!"

Kinanti menggerakkan lengannya, karena Adam terus membawanya masuk ke dalam Apartemen.

Adam bahkan tidak perduli, langkah kaki begitu pasti membawa Kinanti menunju Apartemen yang sudah cukup lama tidak di tempati semenjak kembali berkumpul bersama keluarga.

"Apa mau mu? Apa belum cukup kau menghancurkan hidup ku!!!" teriak Kinanti penuh kemarahan.

Pintu tertutup rapat, Adam membiarkan Kinanti berteriak sepuasnya di depan wajahnya. Mengerti dengan perasaan Kinanti saat ini,

menjadi dokter Obgyn membuat Adam sangat tahu tentang wanita tengah berbadan dua.

Lelah dengan menangis dan berteriak, Kinanti terjatuh tidak sadarkan diri. Dengan cepat Adam menangkap tubuh lemah Kinanti, membaringkannya pada ranjang dengan ukuran cukup besar.

Setelah memeriksa keadaan janin Kinanti, Adam duduk di sofa dengan memijat dahi yang terasa ingin pecah. Melihat keadaan Kinanti begitu memprihatinkan, dengan keadaan janin yang begitu lemah.

Adam tidak mungkin membiarkan anaknya menderita karena dirinya.

"Kita akan menikah," ujar Adam yang tahu Kinanti sudah sadarkan diri.

Berbaring di atas ranjang, sambil menatap arah lainnya. Tangan meremas sprei dengan Isak tangis yang tertahan.

"Di mana Ayah mu, saya akan menemuinya dan meminta untuk menikahkan kita?"

Keputusan yang paling tepat saat ini adalah menikahi Kinanti, walaupun hanya menikah siri dan juga menutupi dari keluarga besarnya. T

Terutama dari Renata.

Namun masih lebih baik, mengingat untuk hari ini saja entah sudah berapa kali Kinanti terjatuh pingsan karena terlalu stres dan kelelahan.

Kinanti menggeleng, menggigit erat bibir bawah agar menahan Isak tangis yang akan pecah.

Adam terdiam, tidak ada yang bisa di katakan. Pikirannya juga sedang kacau, tapi Adam tidak ingin egois kepada janin tidak berdosa yang dikandung Kinanti.

"Kita akan bercerai setelah anak itu lahir, kalau kau tidak mau memberikannya pada saya. Kau boleh membawanya," jelas Adam.

Walaupun terdengar sulit dan egois. Tetapi Adam juga tidak bisa jika meninggalkan Renata demi Kinanti.

-----

Perjalanan menuju kediaman Rahmat sedikit jauh, walaupun begitu Adam tetap melanjutkan perjalanan.

Sulit bagi Kinanti untuk menikah dengan Adam, mengingat Adam sudah memiliki istri. Apa lagi Sarah pasti sangat kecewa jika tahu Kinanti menjadi orang ketiga bagi rumah tangga Adam.

Akan tetapi, Kinanti juga tidak ingin egois dengan janin yang kini di kandungnya. Setiap kali menolak pernikahan, Adam selalu meyakinkan nya kembali.

Rumah sederhana dengan penerangan lampu yang cukup redup terlihat jelas, Adam turun terlebih dahulu dan membukakan pintu untuk Kinanti.

Adam mengangguk dengan raut wajah memohon, setelah itu barulah Kinanti bersedia untuk ikut turun.

Pintu di buka oleh seorang wanita dengan daster kuning, juga masker wajah berwarna putih memenuhi wajahnya.

"Ada apa?"

Lastri terang-terangan menunjukan wajah sinis pada Kinanti.

Kemudian menatap pria tampan yang berdiri di belakang Kinanti. Lastri menatap penampilan Adam terlihat seperti bukan orang sembarang, kemudian matanya melihat mobil mewah berwarna hitam terparkir di halaman.

"Kinanti." Rahmat baru saja pulang dari masjid, bibirnya tersenyum saat melihat Kinanti mengunjunginya.

"Ayah," Kinanti tersenyum dan langsung memeluk Rahmat.

Related Chapters

Latest Chapter