Kicauan burung, angin yang berdesir, juga derap langkah kaki tergesa-gesa menuju panti asuhan. Dua pemuda berbeda warna rambut itu tampak tak bisa menunggu lebih lama dan langsung berteriak di depan pintu panti.“Ian! Ian!”“Tolong! Ada warga yang jatuh dari tangga!”“Lukanya parah! Cepat keluar!”“Hey, bukannya hanya memar saja?”“Kalau kita tidak berlebihan, Ian tak akan cepat keluar.”“Jangan mengarang, Tenma.”“Eh, Ian...” Tenma –si pemuda yang berlebihan tadi– terkesiap ketika mendapati sosok Ian sudah ada di depan mata. Pria berambut cokelat muda dan wajah dingin itu menatap kedua orang yang bertamu tiba-tiba.“Aku sedang memisahkan obat-obatan sewaktu kalian berlarian ke sini,” katanya sambil menyilangkan tangan di depan dada. “Jadi, kalian tak perlu berteriak kencang seperti tadi. Kalian hanya mengganggu kenyamanannya yang lain– Hey!”Perkataan Ian terputus saat pemuda lain yang berambut pirang menarik lengannya. “Nanti saja mengomelnya, ayo cepat!”“Astaga... baiklah-baiklah
Read more